Kepercayaan Kejawen tidak sama dengan agama monoteistik seperti Islam dan Kristen akan tetapi melihatnya sebagai paham hidup atau suatu wawasan. Kemudian pandangan hidup kejawen dibarengi dengan perilaku ibadah.
Ajaran kejawen Jawa mengakui terhadap keesaan Tuhan, sehingga inti dari kejawen adalah mengarahkan insan “Sangkan Paraning Dumadhi” artinya “Dari mana datang dan kembalinya hamba Tuhan”.
Selain itu ajaran kejawen mengajarkan hambanya untuk seiya sekata dengan Tuhan: “Manunggaling Kawula lan Gusthi” artinya “Bersatunya hamba dengan Tuhan”. Dari situlah terbentuk misi dari ajaran kejawen.
Ajaran kejawen memiliki empat misi yaitu, Mamayu Hayuning Pribadhi (Sebagai rahmat bagi pribadi), Mamayu Hayuning Kulawarga (sebagai rahmat bagi keluarga), Mamayu Hayuning Sasama (sebagai rahmat bagi sesama manusia), dan Mamayu Hayuning Bhawana (sebagai rahmat bagi alam semesta).
Hal itu tidak sama dengan enam agama yang diakui di Indonesia yang memiliki kitab suci, kejawen tidak memiliki kitab suci. Akan tetapi orang jawa memiliki sandi yang tersirat dalam semua segi kehidupan untuk membentuk laku tata krama.
Perihal sandi itu banyak tertuang dalam karya tulis seperti Sastra Kawi (Nasihat), Macapat (Wejangan), Babad (Sejarah), Suluk (Jalan Supranatural), Kidung (Doa), Piwulang (Pengajaran), dan Primbon (Himpunan). Semua tersaji dalam aksara jawa atau huruf pegon.
Editor : Achmad Fakhrudin