Makam Mbah Mutamakkin berada di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, setiap hari pesareannya tidak pernah sepi peziarah, apalagi sekarang di Desa Kajen kedapatan puluhan pondok pesantren menjadikan Kajen dijuluki sebagai 'Kota Santri'. Banyak santri yang datang, melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an.
Keberadaan pesantren tentunya tidak luput dari peranan Mbah Mutamakkin yang menyebarkan agama Islam di wilayah Pati. Pondok pesantren yang berdiri di tanah Kajen dan sekitarnya, sebagian besar pendirinya merupakan anak-cucu dari Mbah Mutamakkin yang dimulai awal abad 19.
Hal tersebut tidak lain juga atas wasiat Mbah Mutamakkin kepada cucunya, yang menyebutkan "sing sopo wonge ngaku anak putuku kok gelem mulang, yen ora kuat mangan, mongko ongkak-ongkao pathokku" (siapa yang mengaku sebagai anak turunku yang mau mengajar, apabila tidak sanggup menghidupi diri dalam keseharian maka saya persilakan untuk mengoyak batu nisanku).
Sederet anak cucu Mbah Mutamakkin menjadi tokoh-tokoh besar dan berkontribusi pada pengembangan Islam, khususnya di Indonesia. Antara lain Hadratusyaikh Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Bisri Syansuri salah satu pendiri NU, KH Raden Asnawi Kudus, KH Yasin (Jekulo, Mujjz Dala'ilul Khoirot) KH Mahfudz Salam, KH Fachrurrozi Nawawi pendiri madrasah perempuan pertama di Kajen, KH Sahal Mahfudz.
Editor : Achmad Fakhrudin