get app
inews
Aa Read Next : Atlet Karate Grobogan Targetkan 6 Medali Emas pada Ajang Popda 2024

DBD di Grobogan Hingga Akhir Agustus Capai 202 Kasus dan 5 Penderita Meninggal

Kamis, 07 September 2023 | 19:30 WIB
header img
Ilustrasi nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD. (Ilustrasi/Ist)

GROBOGAN,iNewsMuria.id –  Ada 202 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Grobogan hingga akhir Agustus 2023 menurut catatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Grobogan.

Hal itu disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Grobogan, dr Djatmiko WP didampingi Sub Koordinator Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Grobogan Gunawan Cahyo Utomo, Kamis (7/9/2023).

"Dari 202 Kasus DBD di Kabupaten Grobogan hingga akhir Agustus 2023 ada lima kasus kematian penderitanya. Kemudian 157 kasus di antaranya penderita DBD usia 5-14 tahun," kata dr Djatmiko di Kantor Dinkes Grobogan.

Musim kemarau panjang saat ini, menurutnya juga berpengaruh pada peningkatan kasus DBD di Grobogan. Selain itu faktor lainnya adalah akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan di lingkunganannya.

"Untuk diketahui DBD disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Jentik nyamuk itu berkembang di air jernih. Seperti bak penampungan air, pot yang berisi air," jelasnya.

Kasus DBD hingga akhir Agustus 2023, lanjutnya, memang didominasi anak dengan rentang usia 5-10 tahun. Bisa jadi mereka terkena DBD bukan di lingkungan rumah, namun di sekolah saat proses belajar mengajar.

"Hal ini mengingat nyamuk penyebab DBD yakni nyamuk Aedes Aegypti, biasanya mengigit pada waktu pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu anak-anak masih berada di sekolah," kata dr Djatmiko.

Lebih lanjut dr Djatmiko menjelaskan, kenapa anak-anak rentan terkena penyakit demam berdarah dengeu (DBD). Selain karena faktor lingkungan, juga disebabkan imunitas atau daya tahan tubuh anak masih lemah.

Selain itu karena masyarakat atau keluarganya tidak terlalu memperhatikan gejala ketika anak terkena demam berdarah dengue. Sehingga ketika terlambat penanganan medis terhadap penderita bisa berakhir dengan kematian.

“Rata-rata kematian penderita DBD  akibat terlambat membawa ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit,” tambah dr Djatmiko. (*)

Editor : Arif F

Follow Berita iNews Muria di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut