InewsMuria.id – Kelahiran Soedriman yang kelak menjadi pahlawan nasional dan memiliki nama harum sebagai seorang jenderal yang sangat disegani dalam dunia militer di tanah air.
Jenderal Soedirman dilahirkan dari pasangan Tjokrosoenarjo dan Toeridowati, meskipun dalam beberapa pendapat mengatakan bahwa di sebagian besar buku sejarah tertulis Jenderal Soedirman merupakan putra dari Kartawiraji dan ibunya bernama Siyem.
Namun dalam risalah yang jelas, bersumber dari anaknya yakni Teguh Bambang Tjahjadi mengungkapkan di buku Soedirman: Riwayat Hidup, Perjuangan dan Kisah Cinta Sang Jenderal (2017) ditandaskan bahwa Jenderal Soedirman adalah putra kandung dari Tjokrosoenarjo dan Toeridowati.
Soedirman kecil sendiri dilahirkan di Rembang, Bodas Karangjati, Purbalingga pada Minggu Pon, 24 Januari 1916.
Masa kecil Soedriman telah menempa pendidikan yang baik, oleh ayahnya Tjokrosoenarjo, Soedirman dibekali dengan etika dan tata krama priyayi serta etos kerja dan kesederhanaan wong cilik Selain itu Soedirman menempuh pendidikan di sekolah formal Hollandsch Inlandsche School (HIS).
Kemudian, usai belajar di HIS iapun melanjutkan pendidikannya di Taman Siswa selama satu tahun. Ia di Taman Siswa hanya setahun karena Taman Siswa ditutupoleh Ordonasi Sekolah Pembohong karena Taman Siswa tidak terdaftar. demikian, Soedirman pun pindah ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Parama Wirotomo.
Ketika di MULO Parama Wirotomo inilah Soedriman sangat aktif, dimulai dari ketua perkumpulan siswa, drama dan kelompok musik hingga akhirnya membantu klub Hizboel Wathan, organisasi Kepanduan Putra milik Muhammadiyah. Selepas masa pendidikan, Soedirman menjadi Ketua Hizboel Wathan cabang Cilacap.
Sementara ketika belajar agama, Soedirman, bersama adiknya Muhamad Samingan, belajar kepada Kiai Haji Qohar.
Menjadi Pengajar dan Menikah
Setelah tamat dari MULO Parama Wirotomo, Soedirman menginjakkan kaki di Surakarta, disana ia belajar selama satu tahun di Kweekschool yang dikelola oleh Muhammadiyah. Setelahnya Soedirman kembali ke Cilacap pada 1936, dan mengajar di HIS, namun sebelum mengajar di HIS ia berlatih terlebih dahulu dari guru-guru MULO Parama Wirotomo.
Berbarengan dengan tahun itu, Soedirman pun menikah dengan anak Raden Sastroatmojo pengusaha batik, yakni Siti Alfiah yang dikaruniai 3 putra dan 4 puteri. Mereka semua adalah Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Taufiq Effendi, Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
Semasa menjadi guru, Soedirman hanya mendapat gaji 3 gulden saja, meskipun begitu dia tetap giat bekerja dan menjadi sosok humoris hingga akhirnya mengantarkan dirinya menjadi kepala sekolah dengan gaji yang lumayan untukmenghidupi keluarganya.
Soedirman sangat aktif dalam kegiatan kepemudaan khususya di Muhammadiyah, dia dikenal sebagai seorang negosiator dan mediator karena sering memecahkan banyak masalah termasuk anggota di Pemuda Muhammadiyah. Oleh sebab itu, Soedirman didaulah menjadi Ketua Kelompok Pemuda Muhammadiyah di Kecamatan Banyumas pada tahun 1937.
Mengajar dari Kisah Wayang
Sebelumnya, berkat R. Mohammad Kholil seorang tokoh Muhammadiyah di Cilacap Soediman bisa mengajar di HIS Cilacap. Dan kesempatan itu tidak disia-siakan olehnya.
Soedirman adalah guru yang tidak hanya membantu memandu peserta didiknya saja, menjelaskan pengalaman mengajar dengan saksama dan mencari solusi bagaimana agar tidak monoton dan membuat siswa merasa bosan.
Dalam buku karya Sardiman, Dosen Sejarah UIN Sunan Kalijaga, Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Soedriman (2008)ia menulis bahwa Soedirman berhasil menarik perhatian muridnya ketika mengajar di depan kelas dengan cara menarik yakni mengambil kisah-kisah wayang untuk diceritakan kepada murid- muridnya.
Sementara itu, tertulis pulapengakuan Marsidik salah satu murid Soedirman di HIS Muhammadiyah, “Dulu Pak Soedirman kalau mengajar tidak monoton, selain menceritakkan kisah-kisah wayang, kadang sambil bercanda dan berbincang tentang agama dan diselingi dengan nasionalismesehingga murid-murid merasa cepat bosan,” mengutip dari buku Soedirman: Riwayat Hidup, Perjuangan dan Kisah Cinta Sang Jenderal (2017).
Soedirman memutuskan berhenti menjadi seorang guru pada tahun 1943, panggilan nasionalisme menggetarkan hati untuk berjuang dalam kemerdekaan Republik Indonesia hingga kemudian menjadi tokoh besar dan pada Juni 1947, diangkat menjadi Panglima Tinggi TNI yakni Jenderal Soedirman.
Editor : Achmad Fakhrudin