SOLO, iNewsMuria.id - Menyikapi gejolak yang muncul dalam pilpres 2024, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta, menggelar seminar nasional yang mengangkat tema yang relevan dan penting dalam konteks politik Indonesia saat ini.
Dengan tema "Menelisik Keberlangsungan Pilpres 2024 sebagai Implementasi Negara Demokrasi", seminar ini menyoroti aspek-aspek krusial dalam proses demokrasi di Indonesia, khususnya terkait dengan pelaksanaan pemilihan presiden, yang dipandang diwarnai pelanggaran etika.
Latar belakang digelarnya seminar ini muncul dari kekhawatiran akan pelanggaran etika yang terjadi dalam proses politik, terutama dalam konteks pemilihan presiden.
Melalui seminar yang digelar pada Sabtu 4 Mei 2024 tersebut, Unisri berupaya menyediakan wadah untuk mengkaji secara mendalam tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menjaga integritas proses pemilu.
"Tujuan dari seminar ini adalah untuk mengoptimalisasi upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik dalam penyelenggaraan pemilu. Serta menumbuhkan pemikiran kritis tidak hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga di tengah masyarakat umum tentang pentingnya menjaga integritas dan kualitas dalam setiap tahapan pemilu di Indonesia," jelas Indita Agustinova selaku ketua pelaksana.
Para pembicara yang dihadirkan dalam seminar ini merupakan tokoh-tokoh yang sangat kompeten di bidangnya. Di antaranya Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH, M.Si yang sebelumnya menjabat sebagai anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI periode 2017-2022,
Selain Prof. Teguh, pakar hukum tata negara yang terkemuka, Bivitri Susanti, S, LLM juga turut berpartisipasi sebagai pembicara.
Sedangkan dari pihak Unisri sendiri dihadirkan Lusia Indrastuti, SH, MSi, MH yang tercatat sebagai salah satu dosen di Fakultas Hukum, serta salah satu mahasiswa FH, Raekhan Eka Ramadhan,
Dalam paparannya, Prof. Teguh lebih banyak menyoroti sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia saat ini, yang cenderung mengabaikan etika.
"Sistem demokrasi kita saat ini cenderung mengadopsi sepenuhnya dari luar negeri yang cenderung liberal dan kapital, sehingga tak jarang mengabaikan etika," ujar Teguh dalam pemaparannya.
Kondisi ini pula yang mendorong Teguh untuk menulis sebuah buku yang diberi judul "Pemilu Bermartabat: Reorientasi Pemikiran Baru tentang Demokrasi".
"Dalam buku itu saya menekankan bahwa demokrasi kita perlu ditata lagi. Boleh one man one vote, tapi jangan melupakan nilai-nilai Pancasila. Sehingga pemilu yang digelar benar-benar bisa bermartabat," lanjutnya.
Namun demikian tentu hal ini bukan perkara mudah, ketika komitmen untuk mewujudkan hal itu belum benar-benar tertanam, terutama di kalangan para penguasa.
Karena itu menurut Teguh, yang bisa dilakukan saat ini adalah terus mensosialisasikan permasalahan etika ini terutama kepada generasi muda.
"Kalau hal ini terus kita sosialisasikan, tentunya ke depan akan terbentuk pola pikir baru terkait demokrasi di negeri ini yang selalu mengedepankan etika," tandasnya.
Sementara Rektor Unisri, Prof. Sutoyo berharap hasil dari seminar ini bisa membawa manfaat baik bagi mahasiswa Unisri maupun masyarakat luas.
"Dengan menghadirkan para ahli dan praktisi yang berkompeten, serta melibatkan partisipasi aktif dari mahasiswa dan masyarakat umum, seminar nasional ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat fondasi demokrasi Indonesia, dan memastikan keberlangsungan proses pemilihan umum yang adil dan transparan di masa depan. Semoga hasil dari seminar ini dapat memberikan sumbangan berarti bagi perkembangan demokrasi Indonesia yang lebih baik," ujar Prof Sutoyo saat memberi sambutan. (*)
Editor : Langgeng Widodo