SOLO, iNewsMuria.id - Kepercayaan publik terhadap partai politik saat ini semakin menurun di banyak negara. Hal ini disebabkan oleh kurangnya capaian demokrasi yang sejati yang berhasil ditunjukkan oleh partai politik, sehingga keadilan dan kesejahteraan di masyarakat belum terwujud sepenuhnya.
Kondisi inilah yang mendorong Dr. Imam Al Ghozali Hide Wulakada, SH, MH, untuk melakukan renovasi demokrasi melalui studi dekonstruksi.
Ide ini menjadi inti dari disertasi doktoralnya di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, yang berjudul "Dekonstruksi Hukum Partai Politik dalam Pandangan Filsafat Hukum" dan berhasil dipertahankan dalam ujian terbuka pada Selasa, 27 Agustus 2024.
"Disertasi saya ini berangkat dari kondisi di mana saat ini kita sedang mengalami krisis politik. Krisis politik ini akhirnya menyebabkan terjadinya krisis hukum karena hukum lahir dari proses politik. Masalahnya, hampir semua sistem ketatanegaraan menempatkan sistem demokrasi representatif sebagai payung yang diwujudkan dengan keberadaan partai politik. Sebagai akademisi, saya mencoba mendobrak hal itu dengan teori-teori dan keilmuan yang saya miliki," jelas Al Ghozali setelah ujian.
Menurut Al Ghozali, demokrasi yang ideal adalah demokrasi yang dijalankan secara langsung tanpa perwakilan partai politik.
"Saya mengusulkan teori demokrasi langsung sebagai alternatif. Partai politik bukan satu-satunya jalan, tetapi sifatnya opsional. Dengan demikian, Indonesia akan kembali pada Pasal 28E Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, yang berarti hak ini tidak dibatasi oleh keberadaan partai politik," ungkapnya.
Al Ghozali juga menekankan bahwa partai politik cenderung mengutamakan kepentingan kelompok mereka, yang dapat mengabaikan kepentingan bangsa yang lebih besar.
Dalam ujian terbuka tersebut, Al Ghozali berhasil menjawab berbagai pertanyaan dari tim penguji, baik dari internal Fakultas Hukum UNS maupun dari luar, sehingga dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude.
Meski merasa bahagia bisa melewati fase baru dalam kehidupannya, Al Ghozali mengakui masih banyak kekurangan dalam dirinya.
"Sebagai seorang akademisi, kita harus selalu merasa kurang agar bisa terus berikhtiar menambah ilmu baru," tegas pria yang juga dosen di Fakultas Hukum Universitas Surakarta (Unsa) ini.
Hal inilah yang membuat Al Ghozali bertekad meraih salah satu target terbesar sebagai seorang akademisi, yaitu menjadi guru besar.
"Target ke depan adalah menjadi guru besar di bidang filsafat hukum," pungkasnya.
Ucapan selamat mengalir kepada Al Ghozali setelah sukses menyelesaikan ujian terbuka. Salah satunya dari General Manager Putra Asia Group, Dr. Purwanto Yudhonagoro, S.E., M.Par., CHA.
"Sebagai sahabat, saya sangat tahu kapasitas dan kapabilitas beliau secara keilmuan. Saya berharap ilmu yang dimiliki beliau dapat diimplementasikan di masyarakat, tidak hanya di tingkat regional tetapi juga nasional, sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas. Sekali lagi, selamat," ujar Purwanto. (*)
Editor : Langgeng Widodo