JAKARTA, iNewsMuria - Polemik mengenai gelar doktor Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menarik perhatian publik. Disertasi yang ditulis oleh Bahlil menjadi bahan sorotan setelah beberapa isu muncul, mulai dari durasi studi yang dianggap terlalu cepat hingga tudingan plagiarisme. Bahlil menyelesaikan program S3-nya di Universitas Indonesia (UI) dalam waktu sekitar satu tahun tujuh bulan dengan predikat cumlaude, yang memicu pertanyaan dari berbagai pihak.
Teguh Dartanto, co-promotor disertasi Bahlil, menjelaskan bahwa Bahlil memilih program S3 jalur riset di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI karena lebih fleksibel.
"Bahlil memenuhi syarat untuk mendaftar S3 di SKSG UI karena telah lulus Magister Ilmu Ekonomi dari Universitas Cenderawasih (UNCEN) pada 2009. Saya melihat ijazah yang ter-scan di sistem SKSG UI. Informasi di PDDIKTI mengenai BL yang dianggap mengundurkan diri kurang akurat. Bahlil telah menempuh 4 semester, sesuai dengan Peraturan Rektor No. 26/2022, sehingga layak untuk maju ke tahap promosi," terang Teguh, dalam keterangannya, Rabu (23/10/2024).
Selain itu, Teguh membantah tudingan terkait penggunaan jurnal predator dalam publikasi disertasi Bahlil. Ia menegaskan bahwa Bahlil telah memenuhi persyaratan publikasi, yaitu satu jurnal internasional bereputasi, satu jurnal SINTA 2, dan satu prosiding. Ia juga menjelaskan bahwa isu jurnal predator sudah diselesaikan sejak Maret 2024, dengan Bahlil diminta menulis ulang di jurnal lain yang lebih kredibel.
Prof. Dr. Arif Satria, salah satu penguji disertasi Bahlil, juga memberikan klarifikasi. Arif menegaskan bahwa proses promosi Bahlil di UI sudah sesuai dengan prosedur yang ketat. Masa studi yang ditempuh Bahlil selama empat semester juga sesuai dengan aturan di UI. Selain itu, artikel jurnal yang digunakan sebagai syarat kelulusan Bahlil telah memenuhi ketentuan akademik yang berlaku.
Isu plagiarisme yang juga muncul dalam perdebatan disertasi Bahlil berawal dari hasil pemeriksaan yang menunjukkan kesamaan tinggi dengan karya mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, pihak UIN mengklarifikasi bahwa kesamaan yang terdeteksi di platform aplikasi plagiarisme Turnitin terjadi karena dokumen disertasi Bahlil sempat diunggah ke repository Turnitin kampus dan dianggap sebagai dokumen terdaftar.
Pihak UIN menjelaskan bahwa hasil similarity sebesar 95% yang muncul merupakan kesalahan teknis akibat pengunggahan sebelumnya. Kesalahan ini memunculkan kesan seolah-olah disertasi Bahlil merupakan hasil jiplakan. Setelah pengecekan lebih lanjut, hasil similarity asli hanya sebesar 13%, dan kesalahan tersebut telah diklarifikasi oleh pihak UIN melalui pernyataan resmi di laman mereka.
"Kondisi ini memunculkan kesan yang salah bahwa Menteri Bahlil menjiplak karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini terjadi karena disertasi Menteri Bahlil pernah diunggah ke repository Turnitin dan dianggap sebagai dokumen terdaftar. Ketika lima orang dari berbagai perguruan tinggi melakukan pengecekan ulang, mereka memperoleh hasil similarity antara 95% hingga 100%. Hasil uji ini kemudian tersebar di media sosial dan semakin memperkuat kesalahpahaman tersebut," ujar Guru Besar UIN, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem M.A., Ph.D, melalui lama resmi UIN.
Editor : Langgeng Widodo