JAKARTA, iNewsMuria - Perkembangan teknologi digital telah membuka akses informasi yang luar biasa cepat dan mudah. Namun, kemudahan ini membawa tantangan tersendiri, salah satunya adalah penyebaran informasi palsu atau misinformasi. Untuk mengatasi masalah ini, TikTok terus berkomitmen menciptakan platform yang aman bagi penggunanya dengan mengedepankan upaya kolaboratif bersama berbagai mitra, termasuk What Is Up, Indonesia? (WIUI), SIBERKREASI, dan kreator Rye (@ryeee_). Dalam diskusi yang bertajuk #SalingJaga, mereka saling berbagi praktik terbaik dalam melawan misinformasi dan potensi bahaya lainnya di dunia digital.
Anggini Setiawan, Communications Director TikTok Indonesia, menjelaskan bahwa sebagai platform yang memfasilitasi inspirasi dan kebahagiaan, TikTok terus berupaya menjaga agar ruang ekspresi di aplikasi tetap aman. “Mengatasi potensi bahaya yang terus berkembang membutuhkan kerja sama banyak pihak. Melalui diskusi ini, kami berharap dapat berbagi wawasan untuk membantu pengguna lebih kritis dalam menyaring informasi di ranah daring,” ujarnya, di Jakarta, baru-baru ini.
Diskusi #SalingJaga ini juga menjadi momentum bagi TikTok untuk memperkenalkan berbagai fitur keamanan yang dirancang untuk membantu pengguna dalam menyaring informasi. Salah satu fitur unggulan yang diperkenalkan adalah pelabelan akun dan konten. TikTok memberikan tanda centang "Terverifikasi" pada akun-akun figur publik, seperti selebritas dan brand, untuk memastikan keabsahan akun tersebut. Selain itu, konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) juga dilabeli otomatis untuk memberikan transparansi kepada pengguna bahwa video yang mereka tonton bukanlah buatan manusia.
Selain pelabelan, TikTok juga menyediakan tag peringatan pada video yang belum terverifikasi. Pada Pemilu Indonesia 2024, misalnya, 9,5 juta video diberi tag peringatan untuk mengingatkan pengguna agar lebih berhati-hati terhadap kebenaran informasi tersebut. Fitur ini bertujuan untuk mengedukasi pengguna agar lebih bijaksana dalam mengonsumsi informasi di platform.
TikTok juga mengedepankan fitur 'Tidak Tertarik' sebagai cara bagi pengguna untuk memberi sinyal kepada sistem agar tidak merekomendasikan konten yang tidak relevan atau meragukan. Fitur ini berguna untuk menghindari paparan terhadap konten yang mungkin sudah difabrikasi atau tidak autentik. TikTok mendorong semua pihak untuk berkolaborasi dalam menjaga agar platform tetap bebas dari misinformasi dengan melaporkan konten yang terindikasi melanggar Panduan Komunitas.
Mira Sahid, Wakil Ketua Umum SIBERKREASI, menyambut baik langkah TikTok yang membuka ruang diskusi tentang pentingnya literasi digital. "Kami mengapresiasi upaya TikTok dalam meningkatkan kesadaran tentang cara mengonsumsi dan membagikan informasi dengan bijak. Ini penting untuk menekan penyebaran misinformasi di masyarakat," katanya. Kolaborasi antara TikTok, mitra, dan kreator diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai cara memanfaatkan platform digital secara bertanggung jawab.
Untuk mendukung upaya tersebut, TikTok secara rutin bekerja sama dengan Dewan Penasihat Keamanan dan para ahli literasi media untuk memperbarui kebijakan dan memastikan platform selalu aman bagi penggunanya. Melalui laporan transparansi seperti Laporan Penegakan Panduan Komunitas, TikTok memberikan gambaran jelas mengenai cara mereka mengoperasikan platform dan menanggulangi bahaya misinformasi. TikTok juga menyelenggarakan berbagai lokakarya, seperti “TikTok Goes to Campus” dan “Teen Safety Roadshow,” untuk meningkatkan pemahaman tentang keamanan digital di kalangan mahasiswa dan remaja.
“Diskusi semacam ini sangat penting agar semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk bersama-sama melawan misinformasi. Kami yakin, hanya dengan kolaborasi dan semangat #SalingJaga, kita bisa menciptakan ekosistem digital yang sehat,” tutup Anggini Setiawan.
Editor : Langgeng Widodo