JAKARTA, iNewsMuria - Ketua Dewan Pembina Relawan Muda Prabowo Gibran, Khalid Zabidi yang mendeklarasikan Golkar Garis Keras menyebut bahwa Partai Golkar akan tetap berada dalam koridornya. Dia menegaskan, Partai Beringin akan tetap menjadi partai yang membela kepentingan rakyat.
"Kader Partai Golkar harus menunjukkan kelasnya sebagai kader terdepan membela kepentingan rakyat, negara. Saya berharap kepada Munas Partai Golkar, 20-21 Agustus 2024 ini mampu menghasilkan keputusan Munas terbaik. Bagaimanapun Setiap Masa ada Orangnya, Setiap Orang Masanya," kata Khalid dalam diskusi “Siapa Cawe-Cawe dalam Gonjang Ganjing Partai Golkar?” di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin (19/8/2024).
Terkait keputusan Airlangga Hartarto yang secara mengejutkan mundur dari jabatan Ketum Golkar, Khalid meminta hal itu untuk tidak usah terlalu dipersoalkan sehingga menghabiskan energi. Sebab, kata dia, Partai Golkar sudah menjadi bagian dari Partai koalisi pengusung Prabowo Gibran sehingga berkewajiban mengawal keberhasilan program kerakyatan pemerintahan Prabowo- Gibran.
Sementara itu, Prof. Firman Noor (Pusrispol BRIN) menyampaikan fenomena politik di Partai Golkar merupakan implikasi logis dari seorang Jokowi yang ingin tetap eksis di kancah politik. Terlebih dengan kondisi politik nasional saat ini yang lebih ke arah pragmatis dan oportunis.
“Peta politik yang terbangun di Indonesia lebih kepada pragmatisme. Ini adalah satu kesatuan politik yang diikat dengan suatu kepentingan sangat praktikal. Di Indonesia ini adalah orealitasnya, orientasinya sesimpel memenangkan kontestasi elektoral,” terang Prof. Firman Noor.
Bahkan, lanjut Firman, target penguasa hari ini bukan 2024 atau 2029 melainkan sudah jauh ke depan. Sudah menyiapkan dan menyusun hingga diwariskan ke anak dan cucunya.
"Partai Golkar adalah sebuah institusi politik yang seksi dan menjanjikan di masa depan. Wajar kekuatan yang ingin terus berkuasa, itu menganggap Partai Golkar sebagai sesuatu yang harus dipegang,” terang Prof. Firman Noor.
Direktur Eksekutif Indonesia Futures Studies, Gde Siriana, dalam kesempatan yang sama menyampaikan, cara Jokowi memimpin Indonesia membuat partai-partai politik kehilangan ideologinya.
“Hari ini tidak ada lagi diferensiasi berbasiskan ideologi dari partai politik. Dalam menjalankan fungsinya juga begitu. Awalnya seakan-akan membela kepentingan rakyat, tapi pada ujungnya berkompromi tanpa ada pertanggungjawaban kepada publik,” ujar Gde Siriana.
Gde menambahkan, Golkar akan selalu berada di sisi pemerintah. Faktor itu pula yang membuat Partai Golkar mudah dintervensi dan disusupi kepentingan dari luar.
Namun menurut Gde Siriana, ada dua faktor lain yang menyebabkan nasib Partai Golkar seperti saat ini.
“Faktor pertama, alamiahnya Partai Golkar adalah partainya pemerintah. Kedua terlalu banyak faksi, sehingga kalau ada kepentingan luar, mudah disambut oleh internal. Ketiga, saya melihat apa yang terjadi hari ini tidak lepas dari kepentingan politik keluarganya Jokowi,” pungkas Gde Siriana.
Editor : Langgeng Widodo