GROBOGAN,iNewsMuria.id - Klenteng Hok An Bio Purwodadi malam itu tak seperti biasanya, banyak anak muda yang hadir di klenteng. Mereka ternyata ingin mendengarkan cerita dari para sesepuh mengenai tradisi Tionghoa di Grobogan yang biasa dilakukan menjelang Sembahyang King Thi Kong yang dilaksanakan penganut Konghucu.
Tidak hanya umat Konghucu saja yang ikut, namun kegiatan saresehan mengangkat tradisi Tionghoa ini juga mengundang dari organisasi lintas agama dan anak muda yang tergabung dalam Gusdurian. Ada enam orang penutur hadir di Klenteng Hok An Bio di Jalan Suhada No 1 Purwodadi dalam saresehan bertema Merajut Kembali Pernak Pernik yang Tercecer.
Di hadapan peserta saresehan lintas generasi tersebut, para penutur bercerita mengenai tradisi yang dilakukan oleh penganut Konghucu menjelang Sembahyangan King Thi Kong. Di Klenteng tersebut memang menjadi tempat peribadatan Tao, Konghucu dan Buddha.
Salah satu cerita yang menarik adalah tradisi atau persiapan menjelang Sembahyang King Thi Kong. Seperti disampaikan penutur Budi Wiguna yang merupakan Ketua Yayasan Tro Dharma. Dia bercerita persiapan apa saja menjelang sembahyang yang masih dilakukan hingga saat ini.
"Tradisi orangtua atau generasi dahulu sebelum Sembahyang King Thi Kong adalah tidak memakan lauk yang berasal dari mahlul hidup, biasa disebut Ciak Jaya," jelas Budi Wiguna, Minggu malam.
Namun, mereka mengonsumsi tujuh ankea sayur mayur tanpa lauk dari hewan atau daging, biasa disebut vegetarian. Tradisi lain, tambah Budi Wiguna adalah keramas dan memberikan wewangian pada rambut mereka. Wewangian berasal dari rempah yang dibakar.
"Arang yang digunakan sehari sebelumnya dicuci dan dikeringkan baru untuk membakar dupa. Tradisi lainnya adalah pada tengah hari sebelum malam Sembahyang King Thi Kong, menikmati sajian mie," tambah penutur lainnya, Mak Mbu.
Tak terasa acara bertutur yang dikemas layaknya sebuah keluarga yang tengah bercengkrama berlangsung hampir dua jam sejak pukul 19.15 WIB. Generasi muda pun dengan senang hati mendengarkan cerita tradisi Tionghoa sebelum Sembahyang King Thi Kong oleh para penutur.
Melihat respons positif dari generasi milenial, para penutur menaruh harapan bahwa cerota mereka memberikan perbendaharaan baru khasanan budaya. Juga berharap umat Konghucu bertambah, mengingat setelah orde baru banyak umat yang berpindah keyakinan demi keselamatan mereka.
Setelah kegiatan tersebut, umat Konghucu melakukan Sembahyang King Thi Kong. Sementara generasi muda yang hadir mengapresiasi para penutur yang memberikan wawasan baru tentang tradisi Tionghoa.
"Banyak wawasan baru yang kita dapatkan dari umat Konghucu di Klenteng Hok An Bio ini. Berbagai ilmu pengetahuan bisa saya dapatkan dan mengajarkan bagaimana toleransi yang sebenarnya," ujar salah satu Gusdurian, Umar. (*)
Editor : Langgeng Widodo