Survei BPS Ungkap Realita Pahit, Mayoritas Lansia RI Masih Harus Cari Nafkah

Fitri Mulia
Forum diskusi bertajuk "Pensiun Sejahtera 101" yang digelar Lembaga Demografi FEB UI, di Jakarta.

JAKARTA, iNewsMuria - Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan fakta mengejutkan dimana lebih dari separuh atau 55,21% dari 33,43 juta lansia Indonesia masih aktif dalam angkatan kerja. Kenyataan itu harus mereka hadapi bukan karena pilihan, namun demi mencari nafkah karena menjadi tulang punggung keluarga.

Ekonom dari Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, menjelaskan alasan utama di balik fenomena ini. Alasan utama yang pertama adalah kebutuhan ekonomi dan belum adanya jaminan sosial yang memadai, terutama bagi lansia berpendidikan rendah di sektor pertanian.

“Banyak lansia yang masih bekerja ada kaitannya dengan tingkat pendidikan dan partisipasi kerja,” ungkap Banjaran dalam forum diskusi bertajuk “Pensiun Sejahtera 101" yang digelar Lembaga Demografi FEB UI, di Jakarta, Selasa (26/8/2025). 

Alasan kedua adalah ketersediaan pekerjaan informal yang fleksibel, meski upahnya rendah. Data BPS mencatat sebanyak 84,69% lansia bekerja di sektor informal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Lansia pekerja sektor informal memilih pekerjaan mandiri karena fleksibilitas waktu walaupun upahnya rendah dan kondisinya tidak stabil,” terang Banjaran. Alasan ketiga adalah tuntutan hidup dan tekanan sosial, dimana banyak lansia masih menjadi tulang punggung keluarga.

Dalam beberapa kasus, anak mereka menikah di usia tua atau memiliki tanggungan keluarga lain yang tidak mandiri. Hal ini memaksa lansia untuk terus bekerja meski seharusnya sudah memasuki masa pensiun.

Alasan keempat adalah keterbatasan lapangan kerja formal dan upah layak bagi lansia. Sektor formal dinilai belum mampu menyerap tenaga kerja lansia yang memiliki tekanan ekonomi dan sosial yang tinggi.

“Mereka terpaksa memasuki sektor informal yang hambatan masuknya rendah tetapi upahnya juga rendah,” pungkas Banjaran. Sektor informal menjadi ‘pelabuhan’ utama karena mudah diakses meski dengan kondisi kerja yang tidak ideal.

Sementara itu, Kepala Lembaga Demografi FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana, menjelaskan bahwa meskipun usia harapan hidup meningkat, kualitas hidup lansia masih belum terjamin. "Mayoritas pekerja informal di Indonesia belum memiliki perlindungan pensiun yang memadai," ujarnya dalam forum diskusi dalam rangka HUT Lembaga Demografi FEB UI tersebut.

Melihat fenomena ini, Gede menekankan perlunya inovasi produk mikro-pensiun serta integrasi kebijakan agar pensiun bisa menjadi fase hidup yang bermartabat. Hal ini penting untuk memastikan lansia tidak sekadar bertahan hidup, melainkan dapat menikmati masa tua yang layak.

Editor : Arif F

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network