Momen Bupati Mas Wiwit "Rayu" Waket MPR Borong Ukir Jepara Saat Malam Penganugerahan Craving Contest

muhammad olies
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Bupati Jepara Witiarso Utomo, Wakil Ketua DPRD Jepara Pratikno melihat salah satu produk ukir yang ada di JIF-BW, Rabu (12/3/2025) malam. (Foto Ist)

JEPARA, iNewsMuria.id- Suasana akrab dan riang gembira terasa saat malam penganugerahan craving contest Jepara International Furniture Buyer Weeks (JIF-BW) 2025 yang digelar di Pendapa Kartini Jepara, Rabu, (12/3/2025) malam.

Ada 99 peserta yang mengikuti acara craving contest tersebut. Dari 99 peserta, 13 di antaranya ditetapkan sebagai juara oleh dewan juri. 10 juara kategori wood craving, dan 3 juara dari kategori CNC craving. 

Para perajin ukir peserta carving contest maupun pengusaha yang mengikuti JIF-BW 2025 memadati pendopo berbaur dengan para pejabat baik tingkat maupun daerah. Tampak hadir  Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Bupati Jepara H. Witiarso Utomo dan jajaran Forkopimda Jepara.

Di hadapan para perajin dan pengusaha ukir, Bupati Jepara Witiarso Utomo mengingatkan pentingnya menggarap sisi pemasaran agar produk ukir lebih dikenal luas dan sekaligus  berkontribusi menopang perekonomian Jepara.

Ia langsung mempraktikkan tehnik pemasaran secara spontan. Ia lalu menunjuk karya ukir berbentuk menyerupai burung Garuda yang dihadirkan di tengah Pendopo Jepara. 

Ia lalu "merayu" Waket MPR untuk memborong burung Garuda itu maupun produk lain yang dipamerkan di JIF-BW 2025. 

"Ini bukan hanya produk ukir tapi juga karya seni tinggi Bu Lestari. Seni ukir ini warisan nenek moyang kami yang punya kreativitas dan kompetensi tinggi sehingga karya ukir bisa tetap lestari dan dinikmati hingga kini," ujar Mas Wiwit, sapaan akrab Witiarso Utomo.

Rupanya, "bujukan" itu kena. Dengan spontan, Lestari Moerdijat menjawab siap memborong setelah melihat katalog dan harga seni ukir itu.

"Sisi pemasaran, marketing harus terus ditingkatkan. Ini era digital kita juga harus beradaptasi dengan itu," papar Mas Wiwit.

Bupati menegaskan jika seni ukir yang menjadi identitas dan kebanggaan Jepara merupakan warisan budaya dan tulang punggung industri kreatif Jepara. Menurutnya melalui tangan terampil para perajin ukir, Jepara mampu menghasilkan karya seni bernilai tinggi dan dikagumi seluruh dunia.

"Saya harap dengan adanya event seperti ini seluruh masyarakat jepara memiliki nafas atau semangat yang sama. Karena kalau kita sendiri tidak mengetahuinya, bagaimana dengan dunia yang ada di luar sana," kata Mas Wiwit.

Wiwit mengingatkan akan ketatnya persaingan industri di era modern ini, utamnya di sektor furnitur dan ukir baik di tingkat nasional maupun global. Ia memaparkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan guna menghadapi tantangan industri.

Beberapa di antaranya antara lain adalah pentingnya inovasi desain dengan mengeksplorasi desain baru mengikuti tren pasar tanpa meninggalkan ciri khas ukir Jepara, peningkatan kualitas produksi, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi untuk meningkatkan pemasaran, serta regenerasi pengukir.

"Seni ukir Jepara harus terus menjadi simbol kreativitas dan keunggulan Jepara di tingkat dunia," tandasnya.

Ia turut mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada para peserta serta pihak terkait yang berkontribusi pada acara tersebut. Ia mendorong pelestarian seni ukir, sebab hal tersebut merupakan warisan nenek moyang yang memerlukan daya, kreativitas, dan kompetensi yang luar biasa.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyampaikan bahwa berdasarkan catatan sejarah, seni ukir Jepara sudah tercatat sejak abad ke-15. Beberapa artefak yang dapat terlihat hingga kini salah satunya adalah ukiran di Makam Sultan Hadlirin, Mantingan.

"Sekitar tahun 1928-1930 sudah ada sekolah ukir di Jepara. Di masa itu juga, bahkan R. A. Kartini sudah memikirkan agar ukiran memiliki value yang lebih tinggi dengan menerapkan ukiran pada furnitur dan melakukan hubungan dagang melalui sahabatnya di luar negeri," ucap Mbak Rerie, panggilan akrab Lestari Moerdijat.

Mbak Rerie membenarkan ucapan Wiwit mengenai cita-citanya meningkatkan daya jual ukir Jepara melalui nilai seni tidak hanya sebuah produk kriya kayu semata.

"Saya yakin dengan kerjasama semua pihak, tentu dengan naungan pemerintah daerah dan leadership dari Pak Bupati. Kemarin kami sudah berbincang dengan pihak UNESCO mengenai persyaratan yang diperlukan untuk menetapkan ukir Jepara sebagai warisan budaya tak benda," ujarnya.

Menurutnya ada beberapa kendala yang dihadapi dalam memenuhi persyaratan tersebut. Salah satunya adalah adanya ukiran di beberapa daerah seperti ukir Bali dan beberapa daerah lainnya. Sehingga perlu adanya dokumen yang menunjukkan bahwa ukir Jepara dapat berdiri sendiri dan berbeda dengan daerah lain.

"Ini harus terus digali. Kita optimis 3 tahun mendatang seni ukir sudah diakui UNESCO," tandasnya. (*)

Editor : Langgeng Widodo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network