GROBOGAN,iNewsMuria.id – Kisah rakyat mengenai Sendang Tapak Bima di Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan menarik mahasiswa Universitas Boyolali yang sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut.
Hingga Selasa (28/11/2023), peserta KKN diikuti tujuh mahasiswa yang berasal dari Polres Grobogan, masih melakukan pengabdian masyarakat yang memfokuskan pengembangan potensi wisata lokal dan UMKM di Desa Plosorejo.
Dimpimpun mahasiswa Aiptu Sofyan Harin, peserta KKN mengunjungi sendang Tapak Bima di Dusun Ngrimpi dan sumber Eyang Wijoseno di Dusun Ploso, Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo.
Mengenai keberadaan sendang Tapak Bima, dijelaskan Kepala Desa Plosorejo Pumbang Suryo Yuwono. Berdasar cerita rakyat pada dahulu kala ada tokoh pewayangan Werkudara ditugaskan oleh gurunya Resi Drono untuk membuat gunung.
Lokasinya hutan yang saat ini dikenal sebagai hutan Plosorejo sampai dengan Jati Pohon Kecamatan Grobogan dalam waktu satu malam dan tidak boleh diketahui oleh satu orang pun.
“Saat menjalankan tugas dari gurunya, terdengar suara lesung sehingga Werkudara berhenti menyelesaikan tugasnya dalam membuat gunung tersebut, karena tak ingin diketahui orang lain,” tutur Kades Polsorejo Pumbang.
Saat beristirahat Werkudara kehausan, namun di lokasi tidak ada sumber air, kemudian lanjut Pumbang, Werkudara menancapkan salah satu jarinya di bagian timur tempat dia beristirahat.
Dari bekas jari Werkudara atau lebih dikenal sebagai Bimo yang ditancapkan kedalam tanah, munculah sumber mata air yang akhirnya digunakan Werkudara untuk minum.
“Sumber mata air tersebut dikenal oleh warga setempat sampai dengan sekarang sebagai sumur sendang Tapak Bima. Dimanfaatkan warga untuk mencukupi kebutuhan air,” jelas Kades Ploserjo.
Selain itu Bima juga meninggalkan jejak tapak dan jejak bekas lutut yang dikenal sebagai batu Tapak Bima dan batu bekas lutut Werkudara terletak di sebelah barat sumur sendang Tapak Bima.
Sedangkan potensi dari segi bisnis UMKM, yakni kerajinan tas jali yang dikembangkan oleh Endang Tri yang merupakan warga Dusun Jetak. Desa Plosorejo, Kecamatan Tawangharjo.
Kerajinan tas jali ini, mulai digeluti Endang sekitar dua tahun yang lalu saat dirinya pensiun sebagai guru di wilayah tersebut. Harga tas jali yang sudah jadi sekitar Rp100.000 hingga Rp150.000.
Dalam kesempatan tersebut, Bripka Kusnanto salah satu mahasiswa KKN Universitas Boyolali mengatakan, pihaknya akan promosikan potensi wisata lokal serta UMKM melalui media.
‘’Kita akan membantu mengangkat potensi wisata dan UMKM di Desa ini. Tadi kami melaksanakan kerja bakti di Sendang Tapak Bimo. Kemudian kami akan mempromosikannya baik melalui media sosial maupun media online,” ujar Bripka Kusnanto. (*)
Editor : Arif F
Artikel Terkait