Warga Perbatasan Jateng-Jatim Nyalakan Cahaya Peradaban Lwaram Lewat Festival Nglaras Jagad Ngloram
BLORA, iNewsMuria.id — Festival Nglaras Jagad Ngloram ke-4 Tahun 2025 digelar di kawasan Cagar Budaya Situs Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Kawasan cagar budaya ini berada di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Festival tahunan ini menjadi simbol kebangkitan kesadaran budaya dan spiritual masyarakat setempat dalam merawat warisan leluhur Lwaram.
Kepala Desa Ngloram, Diri Beny Susanto mengatakan Festival Nglaras Jagad lahir dari semangat warga desanya untuk menjaga kesinambungan tradisi leluhur yang diyakini sebagai sumber nilai dan kekuatan kehidupan.
“Nglaras Jagad” sendiri bermakna menyelaraskan kehidupan dengan semesta, menjadi pesan utama jika kebudayaan tak sekadar warisan masa lalu, namun juga panduan untuk masa depan.
Menurutnya, Festival Nglaras Jagad tak sekadar acara tahunan, tetapi menjadi proses kolektif membangun kesadaran budaya dan memperkuat jati diri masyarakat desa.
“Festival yang diadakan selama beberapa hari ini adalah wujud rasa syukur dan kebanggaan kami sebagai warga Ngloram. Setiap tahun, kegiatan ini menjadi ruang untuk berkumpul, bergembira, belajar, dan merenung bersama,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Rabu (22/10).
Kini, kawasan Situs Ngloram, yang dipercaya sebagai salah satu peninggalan peradaban kuno di Blora bagian timur, tak lagi hanya berfungsi sebagai situs arkeologi, tetapi juga menjadi ruang hidup kebudayaan masyarakat.
Melalui festival ini, masyarakat diajak untuk kembali menyatu dengan nilai-nilai luhur yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
"Kami ingin generasi muda tidak melupakan akar sejarahnya, karena dari sinilah identitas kita tumbuh," jelasnya.
Tahun ini, rangkaian acara Festival Nglaras Jagad diisi dengan berbagai kegiatan yang menggambarkan kekayaan dan keberagaman budaya lokal. Seperti Djagong Budaya – Suluh Kebudayaan Lwaram yang merupakan forum dialog budaya yang menghadirkan tokoh masyarakat, budayawan, dan generasi muda untuk berbagi pandangan tentang nilai-nilai kehidupan dan identitas lokal.
Lalu Kirab Budaya Banawa Sekar, arak-arakan budaya yang menampilkan kekayaan busana, simbol, dan ritual desa, menggambarkan harmoni antara manusia dan alam.
Selain itu, juga Bazar Sembako Murah, Lomba Pelajar hingga Ngaji Budaya yang menjadi penutup acara yang disertai ajakan kepada seluruh warga untuk merenungi nilai kehidupan, kebersamaan, dan rasa syukur terhadap bumi yang mereka pijak.
"Nglaras Jagad adalah upaya kita untuk kembali menemukan harmoni hidup. Dari desa ini, kita menyalakan cahaya kecil yang menerangi jalan bersama, cahaya yang lahir dari budaya, persaudaraan, dan rasa syukur kepada kehidupan,” tutur Diro Beny Susanto.
Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Ngloram dikenal sebagai desa cagar budaya yang hidup. Tidak hanya menjaga situs sejarah, tetapi juga menghidupkan kebudayaan sebagai sumber inspirasi pembangunan masyarakat.
Melalui kolaborasi antara pemerintah desa, masyarakat, komunitas seni, dan lembaga kebudayaan seperti Hayat Institute, festival ini terus berkembang menjadi agenda tahunan yang ditunggu berbagai kalangan.
Sementara itu, salah satu tokoh budaya lokal, Fathur Rohman, menambahkan keberadaan festival ini memberikan dampak sosial yang besar, tidak hanya bagi warga desa tetapi juga bagi komunitas kebudayaan di Blora.
“Djagong Budaya dan Ngaji Budaya menjadi momen penting. Di sana kita berbicara tentang nilai kehidupan, ketulusan, dan tanggung jawab manusia menjaga alam. Ngloram bukan sekadar situs, tetapi cermin kehidupan yang mengajarkan keselarasan dan keseimbangan,” tandasnya. (*)
Editor : Arif F