25% Order COD Fiktif! Seller Menjerit Kena Tipu Pembeli Iseng

JAKARTA, iNewsMuria - Sistem transaksi cash on delivery (COD) masih menjadi tulang punggung e-commerce Indonesia meskipun pembayaran digital semakin masif. Metode "bayar di tempat" ini dipilih jutaan konsumen karena memberikan rasa aman dan nyaman. Namun banyak kisah pilu yang dihadapi seller alias pedagang di platform online dengan sistem ini.
Sebagaimana diketahui, pembayaran hanya dilakukan setelah barang diterima dan sesuai pesanan. Hal ini untuk menghilangkan kekhawatiran konsumen akan penipuan. Namun, di balik popularitasnya, COD menyimpan segudang masalah kompleks bagi penjual dan kurir.
Mulai dari tingginya angka pembatalan, order fiktif, hingga biaya operasional tambahan yang membebani para seller. Yudha Trisna, CEO Lincah.id, mengonfirmasi tingginya risiko dalam transaksi COD.
"Angka kejadian pembeli iseng ini cukup tinggi, mencapai sekitar 25 persen dari seluruh transaksi," ujar Yudha dalam keterangannya, Minggu (7/9/2025). Artinya, satu dari empat transaksi COD berpotensi merupakan order fiktif yang merugikan.
Di sisi lain, seller seperti Fatur Huda mengakui COD adalah pisau bermata dua bagi bisnisnya. "Transaksi COD menyumbang revenue yang lumayan besar. Namun, banyak kendala muncul dari sistem ini," keluhnya.
Sebagai agregator logistik, platform Lincah menghadirkan solusi teknologi untuk meminimalkan risiko COD. Mereka menerapkan fraud detection, kurir scoring, dan laporan real-time untuk melindungi penjual dari kerugian.
Komitmen untuk menciptakan ekosistem COD yang sehat diwujudkan melalui gelaran "COD Cup: Laga Merdeka". Kegiatan ini bertujuan membangun komunitas seller yang solid dan mendorong praktik COD yang lebih aman dan efisien.
Editor : Arif F