WHASINGTON, iNewsMuria.id - Korea Utara (korut) kembali melakukan uji coba senjata terbaru setelah melucurkan dua rudal. Secara keseluruhan, sebulan terakhir, ini merupakan peluncuran keenam. Dalam hal ini, Amerika Serikat (AS) mengutuk peluncuran rudal yang kembali dilakukan oleh Korea Utara (Korut) trsebut
seperti dilansir dari The Hill,Jumat (28/1/2022), Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyuarakan penentangan terhadap tes tersebut, pihak AS mengatakan bahwa Korut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Korut menembakkan apa yang tampak seperti dua rudal balistik jarak pendek pada hari Kamis. Pendeteksian juga dilakukan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel), hal itu dilakukan dari pantai timur Korut, dan rudal tersebut menempuh jarak 190 km.
Berita itu mengikuti tes serupa pada hari Selasa lalu (25/1), yang telah tayang di Sindonews.com, ketika Korut menembakkan dua rudal di lepas pantai timurnya dan kali ini menjadi hitungan ke enam yang dilakukan negara tersebut.
Sebelumnya Korut melakukan peluncuran rudal taktis, dua rudal hipersonik serta sistem rudal yang dibawa kereta api.
Korut awal bulan ini kembali menegaskan bahwa mereka beranggapan, Amerika Serikat merupakan ancaman terhadap kedaulatannya dan akan memperkuat pertahanannya sebagai tanggapan, termasuk mempertimbangkan kelanjutan dari “semua kegiatan yang ditangguhkan sementara.”
Korut belum menguji coba rudal balistik antarbenua jarak jauh atau senjata nuklir sejak 2017. Tetapi setelah pembicaraan dengan AS terhenti di bawah mantan Presiden Donald Trump, negara itu memulai pengujian rudal jarak pendek.
Seperti yang telah tayang di Sindonews.com, Jumat, 28/1 dini hari, Menteri Luar Negeri Antony Blinken awal bulan ini menilai bahwa tes itu tindakan destabilisasi, namun tidak jelas tindakan apa yang mungkin diambil AS untuk melanjutkan pembicaraan dengan rezim Kim Jong-unn.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah kurang menempatkan fokus pada hubungan AS-Korut daripada Presiden Trump, yang menempatkan hubungannya dengan pemimpin Korut di dekat bagian atas agenda kebijakan luar negerinya.
Editor : Achmad Fakhrudin