GROBOGAN,iNewsMuria.id - Koordinasi mengenai ketinggian air Sungai Tuntang menjadi pembuka Apel Siaga Bencana yang digelar Pemkab Grobogan di halaman Setda setempat, pada Rabu (29/10/2025).
Dengan leader Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan, koordinasi tersebut menggambarkan ketika hujan lebat mengakibatkan Sungai Tuntang tak lagi mampu menampung debit air.
Warga di Kecamatan Kedungjati yang mencoba menahan limpasan air dari sungai akhirnya harus pasrah ketika derasnya air memasuki perkampungan dan menggenangi rumah, jalan desa hingga persawahan.
Setelah menerima laporan, Tim Siaga Bencana yang terdiri dari BPBD, Polri, TNI, PMI, Tagana, Dinkes, Orari dan organisasi masyarakat lainnya langsung meluncur ke lokasi banjir.
Digambarkan pula dalam simulasi tersebut, BNPB, BPBD langsung mendirikan sejumlah tenda baik untuk pengungsian, kesehatan dan kepentingan penanganan bencana.
Tak lupa sejumlah perahu karet dikerahkan untuk mengevakuasi masyarakat terdampak banjir. Bahkan ambulan yang telah disiagakan pun langsung bergerak membawa warga yang sakit di pengungsian.
Bupati Grobogan Setyo Hadi didampingi Kapolres dan Ketua DPRD mengecek peralatan penanganan bencana, Rabu (29/10/2025). (Arif Fajar)
Bupati Grobogan Setyo Hadi, Kapolres Grobogan AKBP Ike Yulianto, Ketua DPRD Lusia Indah Artani, Kodim, Kejari Grobogan didampingi Kalak BPBD Grobogan Wahju Tri Darmawanto menyempatkan mengecek peralatan.
Peralatan untuk penanggulangan bencana, seperti perahu karet, tali temali, bahkan gergaji mesin dengan petugas dari BPBD, Polres Grobogan, PMI dicek langsung.
Menurut Bupati Setyo Hadi, prediksi puncak musim penghujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2026. Namun beberapa hari terakhir telah terjadi banjir di 28 Desa di 14 Kecamatan di Kabupaten Grobogan.
Bencana lanjut Bupati Grobogan, adalah bagian dari fenomena alam yang tidak bisa kita hindari, bisa datang kapan saja dan dimana saja, Sehingga harus waspada dan perlu persiapan dan kesiapsiagaan yang baik.
"Sehingga dengan persiapan dan kesiapsiagaan yang baik dapat meminimalisir dampak, baik itu korban jiwa, kerugian material, maupun dampak sosial," papar Bupati Setyo Hadi.
Yang sering terjadi sambung Bupati adalah debit air meningkat bahkan tanggul sungai jebol, berakibat banjir. Makanya Pemkab selalu berkoordinasi dengan pihak terkait salah satunya BBWS.
"Untuk itu saya minta Kalak BPBD dan jajarannya, seluruh OPD, camat, kades, lurah, bekerja sama dengan TNI, Polri, sukarelawan, tokoh masyakat dan agama, terus bergotong-royong dalam menghadapi berbagai kejadian bencana," tambah Bupati Setyo Hadi.(*)
Editor : Arif F
Artikel Terkait
