SOLO, iNewsMuria.id-Di halaman kompleks Ndalem Kapugeran Keraton Surakarta, Minggu (11/5/2025) tampak berbeda.
Bukan karena ada prosesi adat atau kirab keraton yang berlangsung, melainkan Lomba Burung Perkutut Piala Gusti Puger yang menyedot ratusan peserta dari berbagai penjuru wilayah Solo Raya.
Yang menarik, ini bukan sekadar lomba burung. Sebab di balik suara lemah-lembut burung perkutut, tersimpan filosofi mendalam dan misi kebudayaan yang tengah dihidupkan kembali, oleh Paguyuban Pelestari dan Pencinta Perkutut Lokal Seluruh Indonesia (P4LSI) Korwil Surakarta.
Dengan dukungan penuh dari KGPH Puger atau yang akrab disapa Gusti Puger selaku tuan rumah, lomba ini menandai upaya pelestarian budaya Jawa oleh para pecinta burung perkutut.
Sebab dalam kitab kuno seperti Serat Centhini, burung ini tidak hanya peliharaan, tapi cerminan spiritualitas, ketenangan, dan keseimbangan hidup.
“Burung perkutut itu bukan sekadar hobi. Ia adalah filosofi hidup,” tutur Gusti Puger yang juga adik kandung Sinuhun Pakubuwono XIII.
“Dalam budaya Jawa, seorang laki-laki sejati harus memiliki kawula lima: wisma, wanita, turangga, kukila, dan curiga. Kukila, atau burung perkutut, mengajarkan kita untuk menjaga lisan, bersikap lembut, dan membawa kesejukan,” lanjut Dewan Pembina P4LSI Surakarta ini.
Tak kurang dari 300 peserta turun dalam kategori “kelas gacoran”, di mana penilaian didasarkan pada intensitas anggungan burung dalam kurun waktu yang ditentukan.
Menariknya, lomba ini tak hanya menjadi ajang adu kualitas suara burung, namun juga wahana silaturahmi budaya.
Bahkan semangat gotong royong terlihat jelas lewat dukungan dari pengusaha kuliner kenamaan, H. Puspo Wardoyo, pemilik Wong Solo Group.
Yang mana ia menyumbangkan 500 nasi kotak untuk panitia dan peserta lomba sebagai bentuk kepedulian dan kecintaannya terhadap kebudayaan Jawa.
“Pak Puspo itu bukan cuma pengusaha sukses. Ia pelestari budaya. Saat saya ceritakan tentang lomba ini, beliau langsung bersedia mendukung. Ini contoh nyata bagaimana budaya bisa dijaga bersama-sama, tak hanya oleh keraton, tapi juga oleh masyarakat,” ujar Gusti Puger yang sudah berteman sejak masih duduk di bangku SMAN 4 Surakarta.
Gusti Puger pun tak berhenti di sini. Ia menargetkan untuk membawa perlombaan ini ke tingkat nasional, dengan lokasi yang lebih luas dan konsep yang lebih matang di Kalipepe Land.
"Rencananya nanti kita akan menggelar lomba kelas nasional di Kalipepe Land," pungkasnya. (*).
Editor : Arif F
Artikel Terkait