Ketika di MULO Parama Wirotomo inilah Soedriman sangat aktif, dimulai dari ketua perkumpulan siswa, drama dan kelompok musik hingga akhirnya membantu klub Hizboel Wathan, organisasi Kepanduan Putra milik Muhammadiyah. Selepas masa pendidikan, Soedirman menjadi Ketua Hizboel Wathan cabang Cilacap.
Sementara ketika belajar agama, Soedirman, bersama adiknya Muhamad Samingan, belajar kepada Kiai Haji Qohar.
Menjadi Pengajar dan Menikah
Setelah tamat dari MULO Parama Wirotomo, Soedirman menginjakkan kaki di Surakarta, disana ia belajar selama satu tahun di Kweekschool yang dikelola oleh Muhammadiyah. Setelahnya Soedirman kembali ke Cilacap pada 1936, dan mengajar di HIS, namun sebelum mengajar di HIS ia berlatih terlebih dahulu dari guru-guru MULO Parama Wirotomo.
Berbarengan dengan tahun itu, Soedirman pun menikah dengan anak Raden Sastroatmojo pengusaha batik, yakni Siti Alfiah yang dikaruniai 3 putra dan 4 puteri. Mereka semua adalah Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, Taufiq Effendi, Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
Semasa menjadi guru, Soedirman hanya mendapat gaji 3 gulden saja, meskipun begitu dia tetap giat bekerja dan menjadi sosok humoris hingga akhirnya mengantarkan dirinya menjadi kepala sekolah dengan gaji yang lumayan untukmenghidupi keluarganya.
Soedirman sangat aktif dalam kegiatan kepemudaan khususya di Muhammadiyah, dia dikenal sebagai seorang negosiator dan mediator karena sering memecahkan banyak masalah termasuk anggota di Pemuda Muhammadiyah. Oleh sebab itu, Soedirman didaulah menjadi Ketua Kelompok Pemuda Muhammadiyah di Kecamatan Banyumas pada tahun 1937.
Editor : Achmad Fakhrudin
Artikel Terkait