Kiprah NU sudah kita ketahui bersama, NU mengawal, secara historis dalam menjaga NKRI , diceritakan H. Sunarto, Ketika NU menerima, asas tunggal pancasila, ketika muktamar di Situbindo, kalau tidak salah waktu itu oleh KH. Ahmad Siddiq, NU menerima asas tunggal pancasila, sebagai langkah fundamental untuk menjaga NKRI. NU berkiprah pada agama dan tanah air, kita memilki jargon Hubbul Wathan Minal Iman, oleh karennya, kita harus melaksanakan amanah dari beliau-beliau, dan itu menjadi kewajiban kita.
"NU lahir dari para masyayikh, yang notabene keturunan para wali sanga, mengapa kita perlu berjamiyah di NU, dalam mengukur rasa syujur kita, kalau tidak ada wali sanga dan para keturunannya, maka kita tidak tahu saat ini kita berada pada negara mayoritas Islam dengan nuansa damai. "Sudah sepantasnya, rasa syukur kita harus membesarkan jamiyah Nahdlatul Ulama," ujarnya.
Dalam Harlah NU yang dilaksanakan PRNU Desa Jepang, H. Sunarto mengingatkan di awal bahwa, diadakannya agenda tidak ada pretensi dari kami untuk merendahkan kemampuan para tokoh-tokoh desa atau imam dan khatib di masjid dan musala, "panjengan sedaya menika insan terpilih wonten lingkungan sekitar," ungkapnya dalam bahasa Jawa.
Namun, dijelaskan Rois Syuriyah PRNU Desa Jepang, gelaran malam hari ini dilatarbelakangi secara keseluruhan di Kabupaten Kudus, berawal dari keprihatinan KH Ulil Albab, ketika sembahyang menemui hal-hal yang kurang sesuai denganketentuan amaliyah Aswaja, khususnya, sebab itu dikatakannya, perlu diadakan pemilihan khatib.
Dalam hal ini, KH Amin Yasin, Katib Syuriyah PCNU Kabupaten Kudus ditunjuk sebagai motor untuk menyusun pembekalan imam serta khatib di Kudus.
Sementara, KetuaTanfidziyah PRNU Desa Jepang, Kiai Moh Ridwan senada dengan KH. Sunarto, ia menambahkan "kegiatan malam hari ini berupaya untuk mentasawufkan ilmu dalam amalan-amalan Ahlussunnah wal Jamaah agar ibadah dapat dipahami warga nahdliyin," jelasnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, KH Abdul Hamid, KH Islahul Umam serta tokoh, imam, khatib masjid dan musala se Desa Jepang.
Editor : Achmad Fakhrudin
Artikel Terkait