JOGJA,iNewsMuria.id-Rumput hijauan pakan ternak (HPT) memiliki peranan penting untuk keberhasilan produktivitas ternak ruminansia sehingga diperlukan peningkatan jumlah dan kualitas pakan agar produktivitas ternak dapat maksimal dan optimal.
Pengembangan HPT merupakan salah satu upaya dalam mendukung pengembangan peternakan, yaitu melalui inovasi untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan untuk mengembangkan varietas tanaman pakan yang lebih unggul dan adaptif terhadap kondisi iklim dan tanah di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Prof Nafiatul Umami Ph.D dalam pidato pengukuhan guru besar di Balai Senat UGM, Selasa (8/8/2023).
Dalam penelitiannya, Prof Nafiatul bersama tim dari Fakultas Peternakan dan BATAN-BRIN melakukan radiasi pada rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan dihasilkan kultivar baru dengan nama Pennisetum purpureum cv Gama Umami atau yang dikenal dengan rumput Gama Umami.
Rumput Gama Umami telah mendapat tanda daftar rumput hasil pemuliaan dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian RI dengan tanda daftar no 889/PVHP/2020 pada tahun 2021.
Rumput ini adalah hasil dari radiasi sinar gamma yang dilakukan dengan penyinaran 100 Gy dan memiliki kelebihan produksi biomassa hijauan dapat mencapai 50 kg/ m2, kandungan bulu sangat sedikit sehingga tidak gatal, daun halus dan tidak melukai ternak, serta kandungan gula mereduksi lebih tinggi dari tetuanya.
Prof Nafiatul menjelaskan, mutasi dengan radiasi sinar gamma adalah proses induksi mutasi pada organisme hidup menggunakan sinar gamma sebagai agen mutagenik.
Sinar gamma merupakan bentuk radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi dan mampu menembus bahan padat. Radiasi sinar gamma bekerja dengan mengubah DNA dalam sel tanaman, yang menghasilkan perubahan dalam materi genetik.
Efek radiasi sinar gamma dapat menyebabkan perubahan dalam karakteristik fenotip tanaman, seperti bentuk, warna, ukuran, atau sifat lainnya. Beberapa mutasi yang dihasilkan dapat meningkatkan produktivitas, ketahanan terhadap penyakit, atau adaptasi terhadap kondisi lingkungan tertentu.
Setelah pemuliaan dilakukan, optimalisasi produksi dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi budidaya. Tim peneliti Fakultas Peternakan UGM telah melakukan introduksi tanaman pakan unggul yang bekerja sama dengan Crop Mark Seed Company New Zealand dengan izin pemasukan benih tanaman pakan ternak unggul dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Pengujian tanaman unggul dilakukan pada beberapa spesies lain yaitu Cichorium intybus (Umami et al., 2019) dan Brassica rapa (Umami et al., (2022)) dan hasilnya menunjukkan bahwa tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik di Indonesia. Keberadaan tanaman unggul ini menambah plasma nutfah tanaman pakan di Indonesia, yang kedepannya dapat sebagai material pemuliaan tanaman pakan.
Prof Nafiatul meyakini, dalam pengembangan HPT, keberhasilan dalam budidaya tanaman pakan adalah harus memiliki daya produksi biomassa dan kemampuan regrowth yang tinggi, memiliki kandungan nutrien yang baik, adaptif pada kondisi lahan tertentu dan memiliki palatabilitas yang baik pada ternak.
Dalam hal ini, salah satu yang penting dilakukan untuk mempertahankan tanaman penghasil biomassa pakan, adalah mampu dan tetap mempertahankan fase vegetatifnya. Sehingga plasma nutfah tanaman pakan unggul hasil pemuliaan akan berproduksi baik di Indonesia dan berkontribusi maksimal menuju Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. (*)
Editor : Langgeng Widodo
Artikel Terkait