get app
inews
Aa Text
Read Next : Cegah Kekerasan Seksual, PKBI Jateng Selenggarakan Workshop PPKS di LPKA Kutarjo

Buka Talkshow Bertema T(j)ilik, Kepala DP3AP2KB Jateng : Persoalan Anak-anak Sekarang Memprihatinkan

Sabtu, 19 Juli 2025 | 05:21 WIB
header img
Direktur eksekutif PKBI Jawa Tengah Elisabet S.A Widyastuti menyampaikan laporan dalam talkshow bertajuk T(j)ilik di Semarang, Jumat (18/7/2026)

SEMARANG,iNewsMuria.id-Kepala DP3AP2KB Jawa Tengah Ema Rachmawati menyampaikan keprihatianannya akan berbagai persoalan yang dialami anak anak saat ini. Seperti meningkatnya kasus kekerasan, kesehatan mental, bahkan kasus bunuh diri di kalangan anak remaja meningkat.

Akar persoalannya sering terjadi karena pola parenting yang tidak tepat. "Saat ini penduduk Indonesia  didominasi generasi Y, Z dan Alfa. Mereka punya cara hidup berbeda dengan generasi sebelumnya. Maka orang tua perlu menyesuaikan diri, mendengarkan anak-anak, pahami, dan percaya bahwa anak-anak punya kemampuan," kata Ema.

Hal itu dikatakan ketikan menyampaikan key note speakers dalam talkshow bertajuk T(j)ilik : Lihat, Dengar, dan Penuhi Hak Anak di Rumah Pohan Semarang, Jumat (18/7/2025).

Talkshow yang diselenggarakan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia / PKBI Jawa Tengah bersama mitra Inklusi yaitu Migrant Care dan Serikat Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) itu merupakan rangkaian peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang diselenggarakan selama tiga hari,  18-20 Juli 2025. 

Tema T(j)ilik (baca: tilik cah cilik) diangkat untuk mengajak peserta dan para stakeholder untuk melihat kembali hal-hal yang kadang dianggap kecil, lemah, dan tidak terdengar suaranya. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran stakeholder bahwa ada sekelompok anak yang membutuhkan perhatian karena kondisi mereka.

Talkshow menghadirkan tiga narasumber perwakilan komunitas yang merupakan represntasi dari rights holder (pemegang hak). Pertama, Ruly Setianingsih dari Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) Kebumen. Dia punya pengalaman tiga tahun menjadi pekerja migran Indonesia di Johor Malaysia, dan saat ini rajin melakukan pendampingan bagi para perempuan eks buruh migran di desanya.

Kedua, Nur Hidayati dari Serikat PEKKA Kabupaten Kendal. Sebuah komunitas perempuan kepala keluarga karena cerai hidup atau cerai mati, sehingga para perempuan ini menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga.

Terakhir, alumni warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Klas IIA Semarang. Sebagai penanggap, yang merupakan representasi dari duty bearer (pemangku kewajiban) yaitu perwakilan dari DP3AP2KB Jawa Tengah dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Dalam sambutannya, Ketua PKBI Jawa Tengah Dr dr Daru Lestantyo, ketika menyampaikan, setiap anak, apa pun kodisinya, berhak mendapatkan hak-haknya. No one left behind, jangan sampai ada yang tertinggal.

Nah,"Untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif, maka anak-anak rentan perlu mendapat perhatian pemerintah, mereka perlu dibukakan akses yang luas untuk mendapatkan hak," kata dokter Daru Lestantyo.

Sementara itu hasil assesment yang dilakukan PKBI Jawa Tengah, awal tahun 2025, di LPP Klas IIA Semarang terdapat 110 perempuan yang mempunyai anak dibawah usia 18 tahun. "Terdapat 180 anak yang terpisah dari ibunya yang sedang menjalani masa binaan, sebagian besar tinggal di Semarang," kata Direktur eksekutif PKBI Jawa Tengah Elisabet S.A Widyastuti.(*)

Editor : Arif F

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut