BADUNG, iNewsMuria.id - Bersamaan dengan perayaan hari raya Kuningan, masyarakat Hindu Bali menggelar tradisi mekotek pada Sabtu 14 Januari 2023.
Dikutip dari situs dapobas.kemdikbud.go.id, upacara Mekotek yang juga dikenal dengan istilah ngerebek itu dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan.
Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali.
Mekotek sendiri diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi.
Perayaan upacara Mekotek selalu dilakukan oleh warga Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, pada setiap Hari Raya Kuningan.
Selain sebagai simbol kemenangan, Mekotek juga merupakan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa desa puluhan tahun lalu.
Upacara ini Makotek ini diikuti sekitar 2000 penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari umur 12 tahun hingga 60 tahun.
Mereka mengenakan pakaian adat madya dengan udeng batik dan membawa selonjoran kayu 2 meter yang telah dikuliti.
Pada tengah hari seluruh peserta berkumpul di pura Dalem Munggu yang memanjang.
Di sana dilakukan upacara syukuran bahwa selama 6 bulan pertanian perkebunan dan segala usaha penduduk berlangsung dengan baik.
Setelah serangkaian upacara berlangsung, keseluruhan peserta melakukan pawai menuju ke sumber air yang ada di bagian utara kampung.
Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok. Di setiap pertigaan yang dilewati masing masing kelompok yang terdiri dari 50 orang akan membuat bentuk segitiga menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga berbentuk kerucut lalu mereka berputar, berjingkrak dengan iringan gamelan.
Pada saat yang tepat seorang yang dianggap punya nyali sekaligus punya kaul akan mendaki puncak piramid.
Warga tersebut lantas melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan, sambil berteriak laksana panglima perang mengkomamdoi prajuritnya untuk terus menerjang musuh.
Sesampai di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang dibawa dari Pura Dalem diberi tirta air suci dan dibersihkan.
Kemudian mereka melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang sebelumnya dibawa berkeliling. (*)
Editor : Langgeng Widodo