TUBAN, iNewsMuria.id - Memasuki kawasan Desa Mliwang, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, sepintas tidak ada yang aneh.
Namun saat memperhatikan deretan rumah penduduk yang berjajar di sepanjang jalan desa itu, terutama yang berada di sisi selatan jalan, sesuatu yang menarik akan terlihat.
Meski berada di tepi jalan raya, namun tidak ada satu rumah pun yang menghadap ke jalan raya.
Bahkan banyak di antaranya yang justru memilih membangun rumah dengan membelakangi jalan raya.
Bukannya anti dengan keramaian jalan raya. Tapi memang seperti itulah aturan tidak tertulis yang dipatuhi warga di sisi utara Kecamatan Kerek ini.
Warga di desa ini dilarang membangun rumah menghadap arah utara dan barat. Dan bila tidak dipatuhi, maka bencana akan siap menimpa.
Entah siapa yang mengeluarkan aturan itu, namun sampai sekarang tidak ada satupun warga yang berani melanggarnya.
Alhasil deretan rumah warga di desa ini terlihat begitu rapi, karena membentuk seperti barisan dengan arah hadap yang sama.
“Semua tak lepas dari keberadaan makam keramat Buyut Sumber Banyu yang berada di Gunung Tugel,” ungkap Mbah Jarin, sesepuh Desa Mliwang yang juga juru kunci makam Buyut Sumber Banyu, sepereti dikutip dari Majalah LIBERTY edisi Juli 2008.
Gunung Tugel di mana Buyut Sumber Banyu dimakamkan, berada di sisi utara Desa Mliwang.
Dan konon aturan itu muncul karena Buyut Sumber Banyu yang juga dikenal dengan nama Sayyid Abdullah itu tidak mau dikultuskan oleh warga.
Makanya dia melarang warga untuk menghadapkan rumah ke arah makamnya.
Sayyid Abdullah sendiri adalah sosok wali yang diyakini berasal dari Yaman.
Kedatangannya ke tanah Jawa tak lain adalah untuk menyebarkan agama Islam seperti halnya para wali yang tergabung dalam kelompok wali songo.
Dan Tuban adalah salah satu daerah yang menjadi tempat persinggahannya.
Kota Tuban memang menjadi tempat yang istimewa dalam sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa.
Sebagai daerah yang berada di pesisir pantai utara Jawa, kota ini seringkali menjadi tempat persinggahan para pelaut asing, termasuk para penyebar agama Islam dari Timur Tengah.
Karenanya tak heran kalau kemudian banyak ditemukan makam para wali di kota yang terkenal dengan tuaknya ini.
Pun demikian dengan Sayyid Abdullah. Rombongan Sayyid Abdullah diduga datang bersama dengan Sayyid As'ari alias Sunan Bejagung, serta Sayyid Ibrahim Assammar Qondi dikenal sebagai Ibrohim Asmoro Kondhi.
Saat itu ketiganya melihat bahwa masyarakat Tuban tengah haus akan sentuhan rohani. Karenanya ketiganya kemudian memilih untuk menetap dan menjalankan dakwah di wilayah ini.
Sayyid Abdullah memutuskan berdakwah di wilayah selatan, lalu Sayyid Asyari ke arah barat dan Sayyid Ibrahim Asmara Qondi ke arah timur.
Sabda Wali
Khusus untuk Sayyid Abdullah, saat tiba di Gunung Tugel, hatinya tersentuh dengan penderitaan warga di sekitar gunung tersebut yang dilanda kekeringan.
Selanjutnya diapun memohon kepada Tuhan agar diberi petunjuk, di mana tempat yang tepat untuk membuat sumur.
Petunjuk pun didapatkan, dan Sayyid Abdullah diperintahkan untuk membuat sumur tepat di sisi barat kaki Gunung Tugel.
Kini sumur itu menjadi penopang hidup warga Desa Mliwang. Dan meski musim kemarau panjang, air sumur nyaris tidak pernah kering.
Dan karena buatan seorang wali, banyak warga yang mengeramatkan sumur tersebut. Hal ini agaknya disadari betul oleh Sayyid Abdullah yang kemudian dikenal dengan sebutan Buyut Sumber Banyu.
Karena itulah, Buyut Sumber Banyu konon melarang warga untuk menghadapkan rumahnya ke arah sumur tersebut.
Sebab dia takut kalau gara-gara mengistimewakan sumur buatannya itu, warga lupa pada Tuhan.
“Mbah Sayyid ini orangnya tegas. Dia tidak mau para pengikutnya ‘tersesat’ hingga lupa pada Tuhan. Karena itulah, dia tidak ingin kalau warga terlalu mengistimewakan dirinya. Salah satu caranya yaitu dengan melarang menghadapkan rumahnya pada makam serta sumur buatannya,” terang Mbah Jarin.
Sebagai seorang wali yang memiliki berbagai kelebihan, sabda dari Sayyid Abdullah agaknya benar-benar bisa mempengaruhi hati para warga Desa Mliwang. Karena itulah mereka benar-benar mematuhinya.
Selain itu, warga juga takut dengan kutukan dari tokoh sakti ini. Sebab dalam beberapa peristiwa yang pernah terjadi, semua warga yang mencoba melanggar aturan itu pasti akan mendapatkan musibah. Seperti sakit-sakitan atau bahkan gangguan jiwa.
Makam Buyut Sumber Banyu di Gunung Tugel, Tuban (Foto: Klasik H)
“Dulu pernah ada warga yang mencoba melanggarnya. Saat membangun rumah, dia putuskan untuk menghadapkan rumahnya ke arah barat. Begitu rumah itu selesai dibangun dan ditempati, tak lama kemudian satu keluarga di rumah itu diserang wabah penyakit yang sulit disembuhkan. Bahkan beberapa orang di antaranya sampai meninggal. Akhirnya setelah mendapat petunjuk dari sesepuh desa dan mereka mengubah arah hadap rumahnya, wabah penyakit itu hilang dengan sendirinya,” kenang pria tua itu.
Harimau putih siluman adalah mahluk yang diduga menjadi utusan Sayyid Abdullah untuk menebar kutukan itu.
Karena itu, bila ada warga yang mencoba melanggar, pasti harimau jejadian ini akan muncul baik dalam mimpi maupun dalam alam nyata.
Namun lepas dari kutukan yang menyelimuti Desa Mliwang, agaknya Sayyid Abdullah adalah sosok yang paham betul mengenai masalah fengshui.
Sebab secara fengshui, energi dari rumah yang menghadap ke utara dan barat itu kurang baik.. Sehingga hendaknya dihindari, agar kehidupan di dunia bisa senantiasa bahagia.
Berburu Berkah
Meski warga Desa Mliwang telah patuh pada aturan yang dibuat Sayyid Abdullah, namun harapan sang tokoh agar tidak dikultuskan agaknya sulit terwujud.
Sebab kini makam yang dikelilingi pohon berukuran raksasa di puncak Gunung Tugel itu, menjadi tempat ritual favorit bagi para pencari berkah.
Hampir tiap malam makam ini tidak pernah sepi dari para pengunjung.
Selain sekedar berziarah, umumnya mereka datang untuk berharap berkah. Dan jabatan serta penglaris dagangan adalah harapan yang biasa dipanjatkan oleh para pengalab berkah di tempat ini.
Makanya jangan heran kalau pada hari-hari tertentu, banyak pejabat daerah Tuban yang datang untuk berziarah ke makam ini.
Dan biasanya bagi mereka yang berhasil, pasti akan mengadakan selamatan di sini. Hanya saja ada satu aturan yang harus dipatuhi dalam penyelenggaraan selamatan itu.
Yaitu jangan sampai menggunakan daging kambing gibas ataupun ayam putih mulus sebagai lauk. Sebab konon dua binatang ini adalah binatang kesayangan Mbah Sayyid.
Mbah Jarin mengatakan bahwa bila ada orang yang melanggar, pasti akan ada halangan sebelum selamatan itu diadakan.
“Dari pengalaman yang sudah-sudah, biasanya beberapa hari menjelang selamatan itu, tiba-tiba kambing atau ayam yang akan digunakan itu pasti akan mati dengan sendirinya,” jelas Mbah Jarin.
Puncak dari kunjungan warga biasanya terjadi pada malam Kamis. Sebab pada hari itulah Sayyid Abdullah diyakini meninggal dunia.
Yang tepatnya pada Kamis Pahing di bulan Dulhijah atau Besar. Makanya pada hari tersebut, warga akan memperingatinya secara besar-besaran.
Ribuan orang akan datang dari berbagai daerah untuk ikut memperingati haul Mbah Sayyid. (*)
Editor : Langgeng Widodo