KUDUS, iNews.id - Keberadaan dan Peran Pondok Pesantren sangat penting untuk menangkal Radikalisme
Demikian disampaikan Hartopo, Bupati Kudus pada acara yang bertajuk "Sosialisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme" pada Minggu malam (6/3/21) di Aula Madrasah Miftahul Falah, Cendono Dawe Kudus.
Bagi Hartopo, peran pondok pesantren menjadi sangat penting, terutama dalam mengantisipasi masuknya atau mewabahnya paham radikal yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
"Untuk itu, saya mengajak para santri untuk terus cegah dan lawan radikalisme. Jangan pernah merasa lelah. Masyarakat harus terus diberi wawasan dan keilmuan yang cukup. Saya yakin para santri akan mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat." tuturnya menutup sambutan. Hartopo juga kemudian membuka acara yang dihadiri oleh 80-an santri Madrasah Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus Jawa Tengah.
Acara yang diselenggarakan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Pemkab Kudus ini juga menghadirkan Narasumber lain, diantaranya Mukhasiron, S.Ag, Wakil Ketua DPRD Kudus. Ia menyampaikan bahwa santri jangan mudah terpengaruh oleh golongan-golongan yang menjelek-jelekkan para Ulama, Kyai, dan Guru serta Pemimpin. "Jadi kita jangan mudah terpengaruh dengan cara-cara mereka memengaruhi kita ke dalam faham radikalisme," tutur Mukhasiron.
Muhassiron menghawatirkan bahwa santri rentan terpengaruh propaganda yang dilakukan oleh kaum Radikal, sehingga ia pun mengajak para santri untuk tidak mudah terprovokasi.
"Paham radikalisme tidak langsung mengajak kita untuk serta merta menjadi radikal, tapi sudah berubah pola, dengan cara menjelek-jelekkan Kyai serta Pemimpin kita, itu yang harus diwaspadai." Tutur Mukhasiron.
Sementara itu, narasumber lain, Prof. Dr. Ihsan, M.Ag., Wakil Rektor 3 Pascasarjana IAIN Kudus, berpesan kepada para santri untuk tidak bingung membedakan antara Agama dan Keberagamaan. Sehingga nantinya santri tidak mudah heran dan saklek dalam beragama.
"Adik-adik tidak boleh pangkling (tidak mengenali-red) membedakan antara agama dan keberagamaan. Agama itu ajaran atau wahyu, seperti solat itu agama. Sedangkan keberagamaan adalah cara beragama, seperti ada salat yang tangannya sedekap, ada yang miring. Nah, itu cara beragama atau keberagamaan," terangnya.
Ihsan menutup pemaparan dengan mengutip pendapat Gus Dur. "Indonesia ini ibarat rumah yang besar, di mana ketika kita berada di kamar pribadi, maka itu ranah privat kita. Tapi ketika kita berada di ruang keluarga atau ruang tamu, maka kita harus bisa rukun juga dengan anggota keluarga lain. Demikian juga dengan kita bernegara, harus bisa rukun dengan kelompok lain." pungkas dia.
Editor : Achmad Fakhrudin
Artikel Terkait