Mantan Napiter Sebut Tahapan Ekstremisme Dimulai dari Kegagalan Menyikapi Perbedaan

Arif Fajar
Silaturahmi Kamtibmas digelar Divisi Humas Polri ke Pondok Pesantren Al Musthofa Kendal, Jawa Tengah. (dok Humas Polda Jateng)

KENDAL,iNewsMuria.id – Mantan Narapidana Terorisme (Napiter) Nasir Abbas mengatakan tahapan ekstremisme dimulai dari kegagalan menyikapi perbedaan kemudian berkembang menjadi radikalisme dan terorisme.

“Sehingga siapapun dapat berpotensi direkrut oleh jaringan terorisme untuk berbagai kepentingan seperti tenaga, pendanaan, maupun informasi,” jelasnya.

Mantan Napiter dengan nama lengkap Muhammad Nasir Abbas menjadi salah satu pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema "Terorisme Adalah Musuh Kita Bersama".

Dalam rilis yang diterima Jumat (26/7/2024), kegiatan FGD tersebut digelar dalam rangka silaturahmi Kamtibmas yang digelar Divisi Humas Polri dengan Polrestabes Semarang dan Pondok Pesantren Al Musthofa Kendal, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Dijelaskan, kegiatan silaturahmi Kamtibmas tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai bahaya radikalisme dan terorisme melalui kegiatan kontra radikal.

Kegiatan ini dipimpin oleh Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, dengan narasumber utama Ustad Muhammad Nasir Abbas, mantan narapidana terorisme yang kini aktif menyebarkan pesan damai. 

Focus Group Discussion tersebut mempertemukan berbagai kalangan seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin pesantren, santri, dan mahasiswa untuk mengatasi meningkatnya ancaman terorisme di era digital.

Dalam sambutannya, Brigjen Pol Trunoyudo menekankan pentingnya upaya kontra radikal untuk mencegah penyebaran paham radikalisme yang semakin marak.

“Ini upaya membangun personal guna mencegah paham radikalisme yang saat ini banyak dihembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai aspek (Ipoleksosbud),” katanya.

Sementara itu, Ustad Muhammad Nasir Abbas dalam pemaparannya menegaskan bahwa terorisme adalah ancaman nyata meskipun gerakannya tidak selalu terlihat. 

"Terorisme itu benar ada walaupun gerakannya tidak kelihatan. Saya ini mantan Napiter, dulu saya musuh negara, dulu saya disiapkan untuk menghadapi pemerintah Indonesia. Dulu saya direkrut untuk jadi teroris di Indonesia," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan tahapan ekstremisme yang dimulai dari kegagalan menyikapi perbedaan yang kemudian berkembang menjadi radikalisme dan akhirnya terorisme. Menurutnya, siapapun dapat berpotensi direkrut oleh jaringan terorisme untuk berbagai kepentingan seperti tenaga, pendanaan, maupun informasi.

 “Kita perlu memahami bahwa terorisme tumbuh subur karena ketidakpedulian serta pemahaman yang salah,” katanya.

Muhammad Nasir Abbas berpesan kepada seluruh masyarakat untuk waspada terhadap paham-paham radikal dan menjaga keluarga serta negara agar paham tersebut tidak berkembang. Sehingga Indonesia tetap utuh dan damai. 

"Kita harus waspada terhadap orang-orang yang tidak mau menerima perbedaan pendapat, orang yang suka mencela, mudah menyalahkan, dan mudah mengkafirkan sesama muslim. Mari kita mewaspadai paham-paham radikal di masyarakat," pesannya. (*)
 

Editor : Arif F

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network