Kasus DBD di Grobogan Meningkat, Hingga Minggu Kedua Maret 2024 Ada 6 Penderita Meninggal

Arif Fajar
Kepala DInas Kesehatan Grobogan dr Slamet Widodo menjelaskan kasus DBD di Grobogan yang mengalami peningkatan, di ruang kerjanya, Rabu (27/3/2024). (Arif Fajar)

GROBOGAN, iNewsMuria.id - Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Kabupaten Grobogan hingga minggu kedua bulan Maret 2024 sudah ada 286 kasus dengan angkat kematian 6 orang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan Slamet Widodo mengatakan, Demam Berdarah memang unik karena ada siklus lima tahunan di mana ada periode peningkatan cukup signifikan.

"Hal tersebut dapat dipengaruhi cuaca, karena kasus DBD lebih banyak ditemui ketika hujan tidak teratur, termasuk juga banjir," jelas Kepala Dinkes Grobogan, Rabu (27/3/2024).

Data dari Sub Koordinator Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Grobogan Gunawan Cahyo Utomo menyebutkan pada 2024 ada 286 kasus DBD dengan kematian 6 orang.

Adapun rincian kasus DBD pada Januari 202 ada 114 kasus, Februari 124 kasus dan hingga minggu kedua bulan Maret 2024 ada 48 kasus. Dibandingkan 2023, dalam satu tahun ada 339 kasus DBD dengan 12 meninggal.

"Untuk yang tahun 2024, 6 meninggal rinciannya usia kurang dari 1 tahun ada dua orang, usia 1-5 tahun ada 2 orang, dan usia 5-14 tahun ada dua orang," jelasnya.

Peningkatan tersebut karena telur nyamuk di musim kemarau bisa bertahan 6 bulan hingga satu tahun. Kemudian lanjut Kadinkes Grobogan, begitu ada media air maka bisa menetas.

"Kendati ada peningkatan kasus, sepanjang hanya dua kali lipat belum masuk KLB atau kejadian luar biasa," terang Slamet Widodo.

Untuk penanganan DBD sendiri, menurut Kadinkes Slamet Widodo yang penting adalah pencegahan dan keterlibatan masyarakat untuk melakukan gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M yakni menguras, menutup dan mengubur tempat berkembangbiaknya nyamuk.

Mengenai fogging yang sering diminta masyarakat, Slamet Widodo mengatakan hal itu bisa dilakukan apabila muncul satu kasus DBD kemudian jarak 100 meter muncul kasus DBD, jadi minimal ada dua kasus.

"Selain ada dua kasus, juga apabila ada yang meninggal karena DBD. Karena fogging sifatnya hanya membunuh nyamuk dewasa. Sedang jentik paling efektif dengan gerakan PSN yakni 3M," kata Kepala Dinkes Grobogan.

Selain itu, lanjut Slamet Widodo, perlu diingat juga bahwa fogging itu menggunakan bahan kimia. Tentu akan ada efek sampingnya, baik kepada manusia maupun nyamuk itu sendiri.

"Karena obat kimia akan berdampak pada kesehatan manusia, nyamuk juga jika sering difogging bisa resisten. Namun memberikan pengertian mengenai hal itu, memang tidak mudah," tegas Slamet Widodo. (*)

Editor : Arif F

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network