KARANGANYAR,iNewsMuria.id-"Umbi lebih besar, rasanya mantab karena pedasnya berasa, dan aromanya menyengat, hem....."
Begitu komentar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Nugroho Joko Prastowo di sela panen bawang putih varietas Tawangmangu Super kromosom ganda di Dusun Pancot Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar, Senin (11/9/2023).
"Soal kualitas, bawang putih varietas baru Tawangmangu Super tidah kalah dibanding bawang putih impor, bahkan kita lebih unggul," kata Joko.
Bawang putih adalah komponen utama bumbu masak, sehingga permintaan komoditas itu sangat tinggi. Sayang, produksi bawang putih nasional menunjukkan tren terus menurun, dibanding sebelumnya ada penurunan 33% (BPS, 2022).
Ini disebabkan antara lain kualitas bawang putih domestik kurang disukai konsumen, sehingga menurunkan minat petani menanam bawang putih yang kemudian diikuti berkurangnya lahan tanam bawang putih.
Nah, rendahnya produktivitas
dalam negeri menyebabkan sekitar 95 persen kebutuhan dalam negeri bawang putih dipenuhi dari impor.
Ketidakseimbangan permintaan dan supply dalam negeri menyebabkan harga bawang putih kerap berfluktuasi dan bahkan mengalami kenaikan yang tinggi. Sehingga bawang putih jadi salah satu penyumbang utama inflasi bahan pangan yang berdampak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Upaya mengurangi ketergantungan impor bawang putih nasional
perlu didorong dengan sinergi berbagai stakeholders, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga upaya untuk mencapai swasembada bawang putih dapat diwujudkan.
Untuk itu, Pemerintah dan Bank Indonesia terus bersinergi dengan berbagai stakeholders untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas bawang putih lokal sehingga bisa bersaing dengan bawang putih impor.
Hal ini antara lain dilakukan dengan mendorong pengembangan bibit varietas unggul berdaya saing tinggi yang menghasilkan umbi dengan dimensi mendekati bawang impor dan produktivitas tinggi, menggerakkan kelompok tani agar mau menanam bawang putih, pembenahan sisi hulu dengan penerapan Standard Operating Procedure (SOP) serta rantai pasar yang baik.
Agar menghasilkan bawang putih yang unggul harus menggunakan benih yang baik dari varietas unggul yang ditunjang SOP yang baik dan lokasi serta waktu tanam yang sesuai.
Nah, dalam rangka pengembangan bibit varietas unggul, Bank Indonesia Solo bersama Pemkab Karanganyar dan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan rekayasa genetik bawang putih dengan teknik penggandaan kromosom (double
chromosome).
Rekayasa genetik ini bertujuan untuk mendapatkan varietas bawang putih Tawangmangu Super, dengan rasa dan kualitas lokal tetapi dimensi impor.
Pengembangan demplot khusus pembibitan dilakukan di Kelompok Tani "Taruna Tani Maju" di Pancot Desa Kalisoro, Tawangmangu, Karanganyar sejak 2017. Dan pengembangan bawang putih Tawangmangu Super saat ini sudah memasuki generasi keenam (G6).
Secara umum, hasil pengembangan bawang putih dari tahun ke tahun sejak G1 menunjukkan perkembangan yang baik dari aspek produktivitas,
dimensi, dan kondisi fisik lainnya, seperti peningkatan ukuran karakter vegetatif (antara lain daun dan
umbi, jumlah anakan yang semakin banyak, jumlah bunga dan biji yang lebih banyak), ketahanan terhadap penyakit, serta keseragaman tumbuh yang lebih baik.
"Hasil panen demplot pengembangan double chromosome akan dijadikan bibit pada musim tanam yang akan datang hingga diperoleh hasil yang optimal untuk kemudian dapat dikembangkan secara massal," kata Joko.
Pengembangan bibit varietas unggul, pemberian bantuan bibit dan pelaksanaan panen bawang putih
bersama ini merupakan wujud komitmen dan sinergi bersama dalam upaya pengendalian inflasi
melalui pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Kegiatan ini juga penting untuk menunjukkan komitmen Bank Indonesia, Pemerintah, dan berbagai stakeholder terkait lainnya untuk terus berupaya menggalakkan budidaya bawang putih lokal agar dapat memutus ketergantungan terhadap impor bawang putih.
Selain itu, dalam kegiatan ini dihadirkan olahan
kuliner yang menggunakan bawang putih lokal untuk membuktikan cita rasanya yang lebih unggul daripada bawang impor.
"Kami bangga menggunakan bawang putih penggalakan kembali produksi bawang putih lokal merupakan bagian dari strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor."
Ke depan, diharapkan keberadaan bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat dipatahkan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing.
Kepala Dinas Pertanian Karanganyar Siti Maesaroh mengatakan, lahan di Karanganyar yang ditanami bawang putih seluas 490 M2 (meter persegi). Dari luas itu, 25.000 M2 berada di Tawangmangu dan 1,900 di Desa Kalisoro.
"Bawang putih lokal hanya 5 persen saja, selebihnya, 95 persen kebutuhan bawang putih nasional dikuasai bawang impor. Dari 5 persen bawang putih lokal itu ada di Karanganyar. Dataran tinggi seperti Tawangmangu ini cocok ditanami bawang putih," kata Siti Maesaroh.
Pihaknya berterima kasih pada Bank Indonesia yang telah memfasilitasi para petani dalam pengembangan bawang putih lokal varietas baru Tawangmangu Super double chromosome hingga generasi keenam (G6) yang umbinya lebih besar, rasanya mantab, masa tunasnya lebih cepat, dan hasil panen lebih banyak.
"Kita berharap upaya ini mampu mengembalikan kejayaan bawang putih lokal terutama kejayaan bawang putih Tawangmangu," kata Siti.(*)
Editor : Langgeng Widodo
Artikel Terkait