Lebih dari 30.000 Tenaga Dikerek! Strategi Besar Perkuat Rantai Pasok Program MBG

JAKARTA, iNewsMuria - Kualitas bahan baku, rantai pasok dan hasil olahan makanan menjadi pertimbangan utama dalam menyajikan Makan Bergizi Gratis (MBG) agar kasus keracunan massal tak terjadi lagi. Terkait hal itu, Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) menyatakan kesiapan penuh untuk terus berkolaborasi dalam mendukung peningkatan kualitas program MBG. Sebagai mitra strategis, sinergi antara pelaku industri jasa boga dan pemerintah sangat penting untuk menjamin distribusi makanan yang aman dan sesuai standar.
Kesuksesan MBG tidak hanya bergantung pada kuantitas, tetapi juga pada jaminan kualitas yang konsisten. Hal itu disampaikan Ketua Umum DPP APJI, Tashya Megananda Yukki terkait kolaborasi dengan pemerintah untuk MBG.
"Keberlanjutannya tidak hanya bergantung pada faktor kuantitas penyediaan makanan, namun juga pada standar mutu, higienitas, dan nilai gizi yang terjaga," ujar Tashya, dalam keterangannya, Rabu (1/9/2025). Menurut dia, Komitmen terhadap standar mutu harus diterapkan di setiap tahapan rantai pasok.
Terkait komitmen itu, APJI telah menunjukkan peran aktifnya dengan memberikan pelatihan keamanan pangan kepada ribuan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang menjadi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hingga September 2025, APJI telah ikut melatih lebih dari 30.000 Siswa/Siswi SPPI dari 17 Provinsi di seluruh Indonesia. Pelatihan ini mencakup pengolahan, transportasi, mutu, dan pengamanan makanan, serta standar kebersihan dapur MBG.
Tashya menambahkan bahwa dengan fokus dan pengalaman di bidang jasa boga berbagai skala layanan, APJI dapat berperan aktif dalam mendukung dan meningkatkan kualitas implementasi program MBG. Kolaborasi ini dianggap vital untuk mentransfer pengetahuan industri ke dalam program pemerintah.
"APJI siap berkolaborasi lebih lanjut dalam mendukung keberhasilan program MBG," tambahnya, menegaskan komitmen mereka.
Sekjen DPP APJI, Ariguna Napitupulu, menekankan pentingnya penjaminan kualitas pada faktor teknis yang detail, seperti kontrol higienitas dapur dan pencegahan cross-contamination. Ia secara tegas menggarisbawahi bahwa waktu serving produk setelah dimasak hingga dikonsumsi siswa/siswi adalah maksimal 4 jam. Hal ini krusial untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan keracunan.
Ariguna menjelaskan bahwa perhatian pada aspek teknis ini adalah kunci memastikan makanan aman, bergizi, dan layak konsumsi bagi anak-anak penerima manfaat. Rantai produksi dan distribusi makanan harus memenuhi prinsip traceability dan food safety. Hal ini tidak hanya mendukung kebutuhan gizi harian, tetapi juga membentuk kebiasaan makanan yang sehat secara berkelanjutan.
Sebagai langkah nyata ke depan, Ariguna menambahkan bahwa APJI sedang merumuskan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Kolaborasi ini bertujuan untuk pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada keamanan pangan.
“Ini merupakan peranan kami sebagai mitra strategis pemerintah,” tutup Ariguna.
Editor : Arif F