MURIA.iNews.id-Pura Mangkunegaran kini lebih terang benderang, apalagi kalau malam hari cahayanya terlihat lebih kilau.
KGPAA Mangkunagoro X mengatakan, pencahayaan itu penting sekali karena menyangkut banyak hal, antara lain meliputi penerangan, keamanan, dan lainnya.
"Tapi menurut saya lebih dari itu, pencahayaan itu menandakan ada kehidupan di situ," kata dia saat diwawancarai wartawan di Pendapa Ageng di kompleks Pura Mangkunegaran, Solo, Senin (19/12/2022).
"Ini sejalan dengan apa yang kita lakukan, agar Mangkunegaran bisa lebih hidup, membawa kehangan dan kenyamanan serta dampak positif bagi masyarakat luas. Dan upaya yang sangat baik dapat respon positif dari PLN," kata dia.
Dalam transisi energi dalam peremajaan penerangan serta penyediaan sumber tenaga listrik, mulai Senin (19/12/2022), Pura Mangkunegaran memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) di Kota Solo dan sudah mendapatkan renewable energy certificate (REC) dari PLN.
REC merupakan produk layanan PLN berupa sertifikat listrik bersumber dari energi baru terbarukan. Hal ini bagian dari pemanfaatan energi hijau atau ramah lingkungan.
Sumber pasokan energi bersih itu dari pembangkit energi baru terbarukan milik PLN. Di Kota Solo, Pura Mangkunegaran satu-satunya wilayah / kawasan yang telah menjalankan program transisi energi bersih, sehingga menerima sertifikat REC dari PLN.
“Jadi prinsipnya, pemanfaatkan energi baru terbarukan atau EBT ini untuk mengurangi dampak lingkungan untuk menjawab permasalahan pemanasan global. Ini bisa menjadi percontohan bagi masyarakat maupun industri untuk bersama-sama mendukung transisi energi bersih di Tanah Air,” kata dia.
Menurut Mangkunagoro X, pemanfaatkan energi baru terbarukan atau RBT untuk penerangan dan penyediaan kebutuhan energi listrik lainnya juga bisa dikatakan sebagai memoderinesasi apa yang telah dilakukan leluhurnya, yaitu Mangkunegoro VI dan VI di bidang kelistrikan.
Meneruskan ide dan gagasan Mangkunegoro VI, kala itu.di tahun 1932, Mangkunegoro VII menginisiasi pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kali Samin di Tawangmangu, Karanganyar. Dan pasokan listrik dari PLTA tersebut mampu menggeliatkan sektor wisata dan industri di Karanganyar, Kota Solo dan sekitarnya.
"Sebagai pusat budaya, Mangkunegaran harus mampu beradaptasi dengan modernisasi tanpa meninggalkan akar sejarah yang menjadi fondasi merawat budaya. Selain itu, Mangkunegaran harus bisa memaksimalkan perkambangan zaman yang berdampak positif bagi masyarakat,” ujarnya.(*)
Editor : Langgeng Widodo