SOLO,iNewsMuria.id-Pasangan capres/cawapres Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka menang telak di Pilpres 2024 dalam quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survai. Prabowo-Gibran jauh mengalahkan dua pasangaan capres/cawapres lainnya, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
Diperkirakan, kemenangan Prabowo-Gibran lebih dari 50 persen dalam hitung cepat itu akan berlnjut pada real count atau hitungan resmi oleh KPU. Uniknya, Pasangan Capres/Cawapres yang diusung Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai PAN dan sejumlah partai kecil itu diraih di kandang banteng di Jawa Tengah, khususnya di Solo dan Semarang, yang selama ini menjadi basis dukungan PDIP.
Kenapa bisa terjadi? Menurut pengamat Politik daru Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta Suwardi mengatakan, dukungan PresidenJoko Widodo (Jokowi) memiliki peran yang sangat besar dalam kemenangan pasangan capres/cawapres nomer urut 02, khususnya di Solo Raya.
Ia mengatakan, kebijakan pemerintah Jokowi pada minggu-minggu terakhir masa kampanye, yang mengeluarkan bantuan sosial ke masyarakat, ternyata sangat berpengaruh. Seperti, mendistribusikan beras ke masyarakat miskin, membagikan BLT, dan membagikan bantuan-bantuan lain ke masyarakat.
Kunjungan Jokowi ke daerah-daerah di Jawa Tengah, kata Suwadi, juga menyebabkan kenaikan suara secara signifikan untuk pasangan calon nomer urut 02 di Jawa Tengah termasuk di Solo Raya.
"Kunjungan ini yang dipersepsikan masyarakat. Kemudian masyarakat makin banyak yang mengerti bahwa Gibran adalah anak Jokowi. Sehingga berdampak positif terhadap elektoral 02," ujarnya.
Suwardi mengaku melakukan survei di Jawa Tengah pada Bulan September, Desember, dan Januari 2024. Hasilnya menunjukkan kecenderungan elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud menurun.
"Sebenarnya pada Januari 2024, pasangan 02 belum crossing dengan 03. Tetapi memang 03 cenderung turun dan 02 cenderung naik. Crossing ini justru terjadi setelah kunjungan Jokowi di Jawa Tengah," tandasnya.
Selain itu, lanjut Suwardi, pasangan calon nomer urut 03 salah dalam menyusun strategi pemenangan. Dia menilai, tim kemenangan 03 melakukan kampanye negatif bahkan menjurus pada kampanye hitam.
"Selama kampanye, pasangan 03 cenderung menyerang 02 dengan serangan negatif. Misalnya, pernyataan para guru besar yang sampai ingin memakzulkan. Pernyataan ini masih belum bisa dibuktikan, justru merugikan (03). Belum lagi kampanye 'Solo bukan Gibran' direspons masyarakat negatif," ulasnya.
"Karakter orang Solo dan Jawa Tengah itu akan simpati terhadap korban atau pihak yang diserang dengan disudutkan, dijelekkan, bahkan dinilai masyarakat sebagai fitnah."
Selain itu, kata Suwardi, mesin partai PDIP kurang efektif dalam menjual capres dan cawapres. Mesin partai PDIP sebagai motor penggerak utama paslon 03 lebih fokus pada Pileg.
"Itu bisa dilihat di Jawa Tengah bahkan nasional suara PDIP jauh lebih tinggi dari suara paslon 03. Fenomena ini sama dengan di Solo," jelasnya.
Lebih lanjut Suwardi mengatakan, hasil Pilpres itu harus disikapi dengan hati-hati oleh PDIP meskipun suara partai sangat tinggi di Solo Raya dalam menghadapi Pilkada Solo Raya mendatang.
"Ini sebagai warning bagi PDIP agar tidak kecolongan untuk kedua kalinya," kata Dekan FISIP Unisri Surakarta itu.(*)
Editor : Langgeng Widodo
Artikel Terkait