SOLO, iNewsMuria.id-Dalam rangkaian kegiatan 100 tahun, SD Pangudi Luhur Santo Timotius menggelar Wayang Wahyu dengan lakon “Timotius Sang Duta Allah”, Sabtu (11/2/2023) malam di halaman sekolah di Jalan Sugiyopranoto Nomor 01 Solo.
Lima dalang dihadirkan dalam pagelaran wayang wahyu tersebut. Yakni, Ki Yusuf Ratda Mulya, Nyi Seruni Widawati, Ki Lukas Prana Wisnu Aji, Ki Romo Agustinus Handi Setyanto Pr, Ki Bambang Suwarno.
Turut memeriahkan, Romo Andreas Setyo Budi Pr yang membantu Romo Handi saat goro-goro.Yang menarik, dari pagelaran ini meski gendhing dan lagunya menggunakan Bahasa Jawa namun dalam penyampaian, dalang menggunakan Bahasa Indonesia.
Dalam lakon Timotius Duta Allah, Santo Timotius menjadi sentral cerita. Nama Timotius berarti "Memuliakan Tuhan”.
Sejak kecil Timotius tampak semangat jiwa dan hatinya untuk mengenal dan menggeluti hal-hal yang baik, suci dan murni, melalui bacaan-bacaan suci, Alkitab dan sebagainya.
Sepanjang pelayanan pewartaan kabar baik dari kota ke kota lain, Timotius juga mengalami banyak tantangan, penolakan, derita, sengsara dikejar-kejar. Itu merupakan bagian hidup pelayanan Timotius sehari-hari.
Namun Timotius semakin kuat, semangat serta semakin teguh dan tangguh dan semakin setia mewartakan kabar keselamatan Tuhan Allah.
Sehingga Paulus dengan rasa bangga dan penuh syukur menumpang tantangan ke atas Timotius mengangkatnya sebagai Uskup di Efesus.
Kepala SD Pangudi Luhur Santo Timotius Solo, Thomas Marsono Adi Wiryono mengatakan, wayang wahyu adalah milik komunitas kristiani. Di abad 20, tepatnya di tahun 1960, komunitas kristiani menciptakan wayang kulit dengan tata rupa yang cenderung “realis”.
Wayang Wahyu yang merupakan sarana pewartaan wahyu Tuhan lewat kisah-kisah di kitab suci tersebut diprakarsai oleh Bruder Timotheus Wignjosoebroto FIC.
Sejak diciptakan hingga saat ini, keberadaan Wayang Wahyu timbul tenggelam. Kurang konsistennya dukungan dari komunitas umat Katolik menjadi salah satu sebab.
"Kami berharap Wayang Wahyu bisa lebih memasyarakat di kalangan umat Katolik dan Kristiani sebagai sarana mengakrabkan kitab suci di kalangan umat Kristiani, sekaligus melestarikan budaya tradisional yang baik," kata Marsono Adi Wiryono.(*)
Editor : Langgeng Widodo
Artikel Terkait