MURIA.iNews.id-Pendampingan yang diberikan Bank Indonesia (BI) Solo terhadap klaster Batik Giriarum selama tiga tahun belakangan ini dinilai berhasil.
Klaster Batik Giriarum yang dikelola Bumdes Girimakmur Desa Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar itu berkembang pesat.
Tidak hanya jumlah produk batik tulisnya yang meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitasnya, tapi juga jumlah pembatik di Desa Girilayu tersebut.
"Yang terpenting dari pendampingan dari Bank Indonesia ini adalah spirit warga desa untuk menghidupkan kembali Batik Girilayu yang hampir punah," kata koordinator klaster Batik Giriarum Nyoto Mulyono.
Pengakuan itu disampaikan ketika ditemui wartawan sebelum sarasehan peningkatan kualitas dan pemasaran produk paguyuban Batik Giriarum di Desa Girilayu, Matesih Karanganyar, Selasa (25/10/2022).
Hadir dalam sarasehan itu, Wakil Ketua Komisi XI DPR, Ketua DPRD Karanganyar, Wakil Bupati Karanganyar, Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Kepala Perwakilan BI Solo, dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) BI Pusat.
Dalam kesempatan itu juga diserahkan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) kepada paguyuban Batik Giriarum, yang diserahkan langsung oleh Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Pusat.
Kepala Desa Girilayu, Slamet mengatakan, para pengrajin batik di Desa Girilayu adalah pejuang pelestari budaya serta pejuang ekonomi desa dan pejuang ekonomi keluarga.
"Kami berterima kasih pada Bank Indonesia yang setia mendampingi kami hingga kami seperti ini," kata Slamet.
Ucapan terima kasih kepada Bank Indonesia juga disampaikan Wakil Ketua Komisi XI DPR, Dolfie OFP. Pihaknya juga mendorong para pengrajin batik dan masyarakat Desa Girilayu untuk terus menjaga dan membesarkan batik.
"Saya melihat pendampingan yang diberikan Bank Indonesia berdampak positif dan menjadikan Batik Girilayu menjadi besar dan terkenal," kata Dolfie yang menyemangati para pengrajin batik untuk terus berkembang.
Kepala Perwakilan BI Solo Nugroho Joko Prastowo mengatakan, setelah diberi pembinaan, berbagai pelatihan, dan pendampingan oleh Bank Indonesia, Batik Girilayu Matesih kini terus berkembang.
Para pembatik yang semula buruh atau pekerja yang menyetorkan batiknya kepada juragan, kini menjadi seniman batik atau pengrajin batik yang bisa menjual sendiri hasil karyanya.
Batik tulis buatan mereka juga lebih berkualitas dan variatif setelah mereka mengikuti pelatihan proses membatik, baik itu pewarnaan, motif, maupun desain.
"Para pengrajin batik ini juga tidak kesulitan menjual batiknya bersama sama karena sudah ada showroom atau rumah batik yang dibangun Bank Indonesia, selain berjualan secara online," kata Nugroho Joko Prastowo.
Editor : Langgeng Widodo
Artikel Terkait