get app
inews
Aa Text
Read Next : SSDM Polri Raih Penghargaan Pelayanan Prima Versi PEKPPP Nasional dari KemenPAN RB

Lolos Seleksi Polri, Anak Korban Bom Surabaya Bertekad Teruskan Perjuangan Sang Bapak

Jum'at, 12 Juli 2024 | 23:03 WIB
header img
Aqiella Nadya Shafwah memeluk sang bapak usai diumumkan lulus seleksi Polri (Foto: SSDM Polri)

Aqiella Nadya Shafwah, calon siswa Sekolah Polisi Wanita Lembaga Pendidikan dan Latihan (Sepolwan Lemdiklat) Polri, tak kuasa menahan air mata saat diumumkan lolos seleksi rekrutmen Bintara Polri Tahun Anggaran 2024. 

Ia memeluk erat sang ayah, Ipda Ahmad Nurhadi, anggota polisi yang menjadi korban peristiwa Bom Surabaya 2018, yang hadir di sidang akhir pengumuman seleksi Bintara Polda Jawa Timur (Jatim).

Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri melalui Biro SDM Polda Jatim mengikutsertakan Aqiella dalam seleksi Bintara sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian Ipda Ahmad Nurhadi. 

Untuk diketahui, Ipda Ahmad Nurhadi mengalami kebutaan dan luka berat pada kaki kiri akibat bom yang meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela enam tahun silam.

“Bapak korban bom tahun 2018, saat itu saya masih SMP. Dari situ saya bangga dengan bapak, bahwa bapak dalam pengabdiannya menjaga misa gereja, menjaga jemaat gereja hingga mengorbankan diri bapak. Saya ingin menjadi seperti bapak saya, pahlawan. Saya ingin meneruskan perjuangan bapak saya,” kata Aqiella, siswi tamatan SMAN 16 Surabaya, kepada SSDM pada Kamis 11 Juli 2024.

Aqiella mengilas balik peristiwa Bom Surabaya 2018 yang merenggut penglihatan ayahnya. Ia menceritakan singkat peristiwa mengerikan yang menimpa ayahnya. 

“Yang masih terngiang-ngiang di hari itu ketika Bapak saya dinas, pamit dinas bilangnya jaga gereja seperti biasa itu di hari Minggu, ya bapak berangkat tugas seperti biasa. Bapak jaga gereja bersama rekan satunya, Om Junaidi. Posisinya Bapak itu ada di depan, di samping pos satpam. Tiba-tiba saat bergantian misa jemaat gereja itu, ada sepeda motor yang tiba-tiba nyelonong masuk, ternyata mereka pelaku bom bunuh diri, teroris yang membawa dua bom. Ketika meledak, bapak saya terjatuh,” cerita Aqiella.

Saat itu, Aqiella mendapat kabar mengerikan tersebut dari rekan ayahnya. Dia pun hanya bisa menguatkan ibunya dan berharap sang ayah diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. 

“Tiba-tiba saya dapat kabar dari rekannya Bapak saya, ‘Wah ini gereja yang dijaga sama Bapak terkena bom’. Langsung saya kaget, saya lemas, kenapa kok harus Bapak saya yang kena ya Allah. Saya nangis, saya saling menguatkan mama untuk, ‘Nggak apa-apa Ma, insyaallah, Bapak masih diberi kesempatan lagi sama Tuhan’,” lanjut Aqiella.

Tak hanya mengalami kebutaan, Ipda Ahmad Nurhadi juga mengalami luka berat di bagian kaki kiri di mana tulang kakinya hancur dan luka bakar 40 persen di bagian kiri tubuh. 

“Bapak tidak bisa melihat apa-apa, lalu sekujur tubuhnya panas. Jadi Bapak saya kehilangan penglihatannya, terus tulang kakinya hancur, hancur 12 senti tulang pergelangan yang sebelah kiri. Yang paling parah anggota tubuh sebelah kiri itu kena luka bakar 40 persen,” ungkap Aqiella.

Aqiella menyatakan bahwa keluarganya merasakan kepedihan mendalam atas peristiwa yang dialami ayahnya. 

Namun ketabahan serta semangat Ipda Ahmad Nurhadi melanjutkan hidup menjadi kekuatan dan motivasi Aqiella untuk melanjutkan tugas ayahnya sebagai abdi negara. 

“Saya sudah melihat perjuangan bapak, ini bagi saya sangat keren sekali. Jadi pengabdiannya Bapak ini bukan main-main, tapi sungguh. Bukan hanya sekadar bekerja mencari nafkah untuk keluarga, tapi mengabdi kepada masyarakat dan negara, sampai harus mengorbankan diri sendiri, taruhannya nyawa,” tutur Aqiella.

Aqiella mengaku dirinya telah bertekad menjadi polwan dan menyampaikan keinginannya kepada sang ayah. 

Ipda Ahmad Nurhadi mendukung niat Aqiella untuk melanjutkan pengabdiannya, sementara sang ibu memasrahkan pilihan pada Aqiella. 

“Bapak mendukung saya, mendukung saya dengan cita-cita saya ini untuk meneruskan perjuangannya Bapak. Kalau Ibu diserahkan kepada saya, nggak ada paksaan. Pokoknya apa pun yang saya pilih, jika itu yang terbaik, maka akan didoakan, didukung juga,” ujar Aqiella.

Aqiella mengikuti rekrutmen Bintara Polri lewat jalur rekrutmen proaktif (rekpro). Meski demikian, Aqiella mempersiapkan fisik, mental, serta kemampuan akademis sebelum proses seleksi. 

“Saya ini Bintara Polri jalur rekpro, penghargaan orang tua, penghargaan terhadap Bapak. Proses rekpro dengan regular sama saja, tapi rekpro setahu saya ada kuotanya. Tesnya nggak ada yang membedakan, sama-sama wajib mengikuti semuanya mulai dari jasmani, terus psikologi dan lain-lain sama saja. Jadi saya sebelumnya sudah mulai belajar untuk tes akademik, soal-soal psikologi, sama yang pertama pasti mempersiapkan mental dulu,” ucap Aqiella.

Aqiella mempelajari soal-soal tes masuk Bintara Polri dari internet. Dalam persiapan tes jasmani, Aqiella mempersiapkan kemampuan renang, shuttle run, dan lainnya. 

“Belajar di internet gitu, sama persiapan fisik, latihan jasmani, lari, berenang, shuttle run kayak gitu di sela-sela sekolah,” sebut Aqiella. 

Serangkaian persiapan itu dilakukan Aqiella karena peserta rekrutmen jalur rekpro tak pasti lolos jika tak memenuhi syarat. 

“Nggak pasti lolos (peserta jalur rekpro), kalau dia nggak memenuhi syarat bisa nggak lolos, makanya saya juga persiapan akademis, mental dan fisik,” terang dia.

“Bapak saya senang banget, dia senang banget. Saya ingin mengucapkan terima kasih juga kepada Bapak Kapolri, Bapak Asisten SDM, Bapak Kapolda Jatim, dan Bapak Kapolrestabes Surabaya karena sudah memberikan saya kesempatan ikut di penerimaan Bintara 2024 ini, dan juga untuk meneruskan perjuangan Bapak saya,” pungkas Aqiella. (*)

Editor : Langgeng Widodo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut