SOLO, iNewsMuria.id - Memasuki musim penghujan, peningkatan kewaspadaan terhadap bencana banjir terus dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.
Pasalnya Bengawan Solo selalu jadi sungai yang selama ini menyumbang bencana banjir bagi daerah di sekitarnya, akibat luapan airnya.
Selain menggelar apel kesiapsiagaan dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk pengendalian banjir, BBWSBS juga melakukan langkah edukatif dengan menggelar seminar nasional bertajuk "Peningkatan Kesiapsiagaan Banjir Bengawan Solo: Kebijakan, Infrastruktur, dan Partisipasi".
Seminar ini sendiri diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Surakarta, pada Rabu 6 Desember 2023 di UNS Tower Solo.
Beberapa ahli terkait permasalahan banjir dihadirkan, termasuk Wakil Gubernur jawa Timur, Emil Dardak.
Diundangnya Emil dalam seminar ini tak lepas dari keberadaan badan sungai Bengawan Solo yang 70% berada di wilayah Jawa Timur, dan tentunya juga menyebabkan bencana banjir.
"Meski hulunya ada di Wonogiri, namun Bengawan Solo ini 70 persen berada di wilayah Jawa Timur, yang meliputi Bojonegoro, Tuban, Lamongan serta Gresik. Karena itulah di sini kita hadirkan pihak pemerintah Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini wakil gubernur, untuk bisa saling berkoordinasi terkait permasalahan Bengawan Solo," ujar Maryadi Utama, Kepala BBWSBS.
Sebagai langkah antisipasi untuk pengendalian banjir sendiri, pihak BBWSBS sudah menyiapkan berbagai infrastruktur pendukung.
Beberapa bendungan yang ada di wilayah yang dilintasi Bengawan Solo pun telah disiapkan, untuk mengantisipasi luapan air dari sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.
Sedangkan perlengkapan pendukung, juga telah disiapkan. Sehingga bisa siap saat akan terjadi bencana banjir.
"Kami telah menyiapkan perlengkapan pendukung seperti sand bag, eskavator, pompa, dump truck serta lainnya. Termasuk menyiagakan 1.700 anggota. Sehingga upaya untuk mengatasi banjir bisa dilakukan dengan baik," jelas Maryadi.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak yang mendapat kesempatan terakhir sebagai pembicara dalam seminar tersebut, lebih banyak menyoroti upaya penanganan banjir di wilayah yang dilalui Bengawan Solo.
Emil menyebut bahwa di Lamongan seringkali terjadi banjir akibat lluapan Bengawan Jero, yang merupakan salah satu anak sungai Bengawan Solo.
Karena itulah, untuk mengatasi permasalahan itu lantas dibuatlah Jabung Ring dyke yang terletak di perbatasan Lamongan dan Tuban.
"Jabung Ring dyke ini semacam dam, yang digunakan untuk menampung luapan Bengawan jero. Sehingga tidak sampai menggenangi pemukiman warga," jelas Emil.
Meski pembangunannya sempat terkendala karena adanya sengketa, dan saat ini permasalahan itu sedang dalam upaya penyelesaian.
"Bahkan tak cuma bisa untuk menampung luapan air, Jabung Ring dyke juga akan bermanfaat sebagai penyedia pasokan air saat musim kering. Makanya kita berharap pembangunannya bisa segera rampung," lanjut Emil.
Keberadaan Jabung Ring dyke ini menunjukkan bahwa upaya penanganan banjir yang dilakukan di Jawa Timur adalah dengan rekayasan teknik.
Menurut Emil, upaya penangnan banjir tidak hanya dilakukan dari hulu ke hilir. Justru menurutnya akan lebih baik penyelesaian dilakukan di hilir, agar air yang dari hulu bisa mengalir dengan lancar dan tidak tersendat di hilir, hingga menyebabkan luapan.
"Ada baiknya kita membangun semacam tempat-tempat parkir air, semacam dibuat genangan-genangan agar tidak membebani kawasan hilir saat ada luaran air dari hulu. Namun tentu permasalahan utama adalah pada penyediaan lahan, dan terus kita upayakan," ungkap Emil.
Namun demikian, menurut Emil, peran serta masyarakat dalam ikut menjaga lingkungan sangat dibutuhkan. Agar tidak sampai terjadi kerusakan di wilayah hulu, serta menciptakan sedimentasi di kawasan hilir. Yang itu semua akan memicu terjadinya luapan air. (*)
Editor : Langgeng Widodo