GROBOGAN,iNewsMuria.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Grobogan memaparkan data-data strategis yang ada di Kabupaten Grobogan pada Tahun 2023 dan 2024.
Data strategis yang disampaikan menurut Kepala BPS Grobogan Anang Sarwoto antara lain tanaman pangan, pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan, indeks pembangunan manusia dan kemiskinan.
Pemaparan data strategis Kabupaten Grobogan dilaksanakan BPS Grobogan di Danau Resto Grand Master Purwodadi, pada Selasa (17/12/2024) dihadiri sejumlah perwakilan OPD,
Disebutkan oleh Anang, untuk tahun 2024 berdasar data dari BPS untuk tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Grobogan mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2023.
"Data BPS bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Grobogan pada 2024 adalah 4,02%, turun menjadi 3,23% pada 2023, Atau turun 0,79 poin," jelas Anang.
Dengan adanya penurunan tingkat penggangguran terbuka pada 2024 menjadikan Kabupaten Grobogan berada di urutan ke enam di Jawa Tengah dibandingkan kabupaten lain.
Kemudian untuk tanaman pangan di Kabupaten Grobogan pada 2024 lanjutnya ada kenaikan produktivitas apabila dibandingkan produktivitas pada 2023.
"Di mana produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Grobogan pada 2023 urutan kedua di Jateng. Namun pada 2024 menjadi nomor 1 di Jateng," ungkapnya.
Hal itu, tambah Anang, karena Pemkab Grobogan melalui dinas terkait melakukan upaya perbaikan seperti pola tanam, pemilihan bibit sehingga produktivitas meningkat.
Kondisi tersebut, sambung Kepala BPS Grobogan, juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Grobogan pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023.
"Pada tahun 2023 dibanding tahun 2022 ada penurunan dari 5,98% menjadi 4,98%. Kemudian pada tahun 2024 ada kenaikan 0,19 poin menjadi 5,17% dibanding 2023," jelasnya.
Sedangkan mengenai tingkat inflasi di Kabupaten Grobogan, menurut Anang, BPS belum menghitung secara tersendiri. Kendati demikian bisa menghitung dari inflasi daerah lain di Jateng.
"Sehingga bisa mengantisipasi komoditas apa saja yang akan memberikan kenaikan (inflasi) dan yang menyebabkan deflasi," tutur Anang.
Dengan data tersebut juga bisa dilakukan antisipasi di bidang pertanian terutama produksi pangan atau perkebunan. Seperti harga cabe yang diindikasikan naik pada Desember 2024.
"Hal tersebut kita koordinasikan dengan Sekda dan OPD terkait untuk dapat mengontrol harga sehingga pada Nataru dan Hari Raya 2025 bisa terkendali," tambahnya. (*)
Editor : Arif F