KUDUS, iNewsMuria.id - Bakti Olahraga Djarum Foundation bersama MilkLife terus mengembangkan kompetisi sepak bola putri di Indonesia melalui program MilkLife Soccer Challenge.
Setelah sukses menyelenggarakan tiga turnamen di Kudus, Jawa Tengah, tahun ini, kompetisi untuk kelompok U-10 dan U-12 akan dilaksanakan di delapan kota, termasuk Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Kudus, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya sepanjang tahun 2024.
Yoppy Rosimin, Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, menyatakan harapannya bahwa penyelenggaraan MilkLife Soccer Challenge di delapan kota ini dapat menginspirasi minat serta kecintaan anak-anak terhadap sepak bola putri.
Tujuan utama dari turnamen ini adalah untuk memajukan sepak bola putri di Indonesia, mencetak pemain profesional, dan membawa Indonesia ke panggung internasional, khususnya Piala Dunia Wanita.
“Setelah sukses di Kudus dengan tingginya minat pada sepak bola putri, pada turnamen MilkLife Soccer Challenge Batch 2 bulan September lalu, kami melihat partisipasi lebih dari 2.100 siswi sekolah dasar. Oleh karena itu, kami ingin semangat ini menyebar ke kota-kota lainnya agar lebih banyak putri Indonesia mencintai sepak bola, dan kami harapkan menemukan bakat-bakat yang dapat membawa Indonesia bersaing di Piala Dunia,” ungkap Yoppy di Supersoccer Arena, Kudus, pada Minggu (17/12).
Yoppy menambahkan bahwa kota-kota tempat diselenggarakannya MilkLife Soccer Challenge adalah basis klub-klub elit sepak bola yang berkompetisi di liga utama. Diharapkan bahwa bakat-bakat yang muncul dari turnamen ini dapat terpantau dan bergabung dengan sekolah-sekolah sepak bola yang terhubung dengan klub-klub tersebut.
“Ini adalah bagian dari rangkaian untuk mengembangkan pemain. Melalui turnamen ini, kami bertujuan untuk menanamkan minat pada sepak bola putri sejak usia dini. Dari situ, kami harapkan bakat-bakat tersebut dapat bergabung dengan sekolah-sekolah sepak bola dan berkembang menjadi pemain profesional yang membawa prestasi bagi Indonesia di masa depan,” jelas Yoppy.
Selain menggelar turnamen sepak bola putri usia dini, Djarum Foundation dan MilkLife juga telah menyelenggarakan MilkLife Coaching Clinic bagi para guru olahraga di sekolah-sekolah di kota-kota tersebut. Sejak Juli hingga Desember 2023, sebanyak 245 guru olahraga dari Kudus, Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya telah mengikuti pelatihan yang dipimpin oleh Pelatih Timo Scheunemann.
“Di klinik pelatihan itu, kami memberikan pemahaman dan pelatihan tentang sepak bola putri kepada para guru olahraga. Setelah itu, mereka kembali ke sekolah masing-masing untuk menyiapkan tim yang akan berkompetisi di tahun mendatang. Pada penyelenggaraan MilkLife Soccer Challenge 2024, kami juga didukung oleh BCA yang akan memberikan tabungan pendidikan senilai total Rp320 juta kepada para juara,” terang Yoppy.
Konsep memberikan pelatihan kepada guru olahraga dan kemudian membentuk tim untuk berkompetisi di MilkLife Soccer Challenge telah terbukti di Kota Kudus. Selain meningkatkan minat siswi sekolah dasar terhadap sepak bola putri, turnamen tersebut juga mulai memunculkan bakat-bakat baru.
Pada gelaran MilkLife Soccer Challenge 2023 Batch 3 dari Jumat (15/12) hingga Minggu (17/12) di Supersoccer Arena Kudus, terlihat perbedaan dari dua edisi sebelumnya. Turnamen Batch 3 mengadopsi sistem pertandingan 7 vs 7 dengan lima pemain putri dan dua pemain putra dalam satu tim, serta lima pemain cadangan (tiga putri dan 2 putra).
Pesepak bola putri bertanding melawan pemain putra dengan usaha untuk meningkatkan kemampuan mereka agar bisa bersaing dan mencetak gol demi membawa timnya meraih prestasi tertinggi. Contohnya, Alesha Farzana Aznii Putri Aji, yang masuk dalam tiga besar pencetak gol terbanyak di kelompok usia U10. Bergabung dengan tim Drupadi, siswi dari Sekolah Dasar IT Al Islam Kudus berhasil mencetak 13 gol selama tiga hari turnamen.
“Sangat menyenangkan karena ada persaingan dengan pemain putra. Kami harus bekerja lebih keras, dan saya merasakan itu sebagai tantangan untuk meningkatkan permainan sepak bola saya. Mengetahui akan bertanding dengan putra, saya berlatih lebih intensif. Kaki saya harus lebih kuat untuk menendang bola daripada para pemain putra,” ujar Alesha usai pertandingan final.
Perasaan serupa juga dirasakan dalam kelompok usia U-12. Asyifa Solawa Farizqi, siswi dari SD 2 Rendeng, Kudus, yang menjadi pencetak gol terbanyak dengan torehan 11 gol selama kompetisi, merasa senang dengan adanya pemain putra karena membuat pertandingan lebih seru dan menantang. “Ketika mencetak gol, terasa sangat istimewa. Kami dalam tim juga berupaya lebih keras untuk mengimbangi permainan para pemain putra,” ucap Syifa.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait