Cerita Juru Kunci Makam Pangeran Samudro : Ziarah ke Gunung Kemukus, Senenge Koyo Marani Demenan

Langgeng Widodo
Pintu masuk Gunung Kemukus.

SRAGEN,iNewsMuria.id-.Nak arep ziarah ning makam Pangeran Samudro, tekadmu kudu kuat lan atimu kudu seneng. Senenge kaya kowe marani demenanmu.

(Kalau mau berziarah ke makam Pangeran Samudro, tekadmu harus kuat dan hatimu harus senang. Senangnya seperti kamu menghampiri selingkuhanmu).

Nah, dari cerita berutur dari mulut ke mulut itu, berkembanglah wisata "esek esek" di kompleks makam Pangeran Samudro yang berlokasi di Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen.

Cerita khayal yang berkembang bahwa Pangeran Samudro selingkuh dengan ibu tirinya, Nyi Ontrowulan (istri selir dari Raja Brawijaya V) menjadi bumbu penyedap dan daya tarik seseorang untuk mengikuti ritual esek-esek bersama selingkuhannya di daerah yang dikenal dengan sebutan Gunung Kemukus itu.

Apalagi ditambah testimoni orang orang berhasil, kabul kajate, menjadi orang kaya dan atau naik pangkat setelah melakukan ritual bersama demenan atau perempuan yang bukan istrinya.

Meski di tempat terbuka, di atas rumput, pakai alas tikar atau koran, atau di gubug bambu, mereka sangat menikmati ritual esek esek bersama perempuan lain yang bukan pasangan hidupnya. Mereka merasa aman dan nyaman karena tempat itu jauh dari jangkauan dan gelap.

Untuk menuju "puncak" Gunung Kemukus tempat Pangeran Samudro dimakamkan, seseorang harus menyeberang sungai, dengan naik perahi/getek yang disediakan warga setempat. Kalau pun tidak menyeberang sungai, harus jalan melingkar mengitari dataran tinggi desa tersebut.

Bagi laki-laki yang tidak membawa demenan, bisa mengambil perempuan yang "menjajakan diri" di tempat itu. Nah, dari situlah lalu berkembang praktek pelacuran terselubung di Gunung Kemukus.

Lantaran aman, nyaman, nikmat, dan nyenengke, banyak orang yang datang ke situ, terutama dari Jawa Barat. Tujuannya, golek lambaran atau penglarisan, selain menikmati ritual esek-esek.

"Biasanya orang mau kaya mau naik pangkat itu tirakat dulu, puasa, nglakoni rekoso. Tapi di sini kok malah seneng-seneng, andum katresnan, sopo sing ora pingin," kata Hasto (71), juru kunci makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus Sragen, Rabu (22/6/2023).

Itu cerita Gunung Kemukus dahulu yang melegenda dengan ritual seks bebas dan bertahan lebih dari 70 tahun sejak destinasi wisata itu mulai beroperasi tahun 1950-an.

Kini Gunung Kemukus yang berganti nama menjadi New Gunung Kemukus menjadi tempat wisata religi. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata mengalolasikan anggaran senilai Rp 48 miliar untuk vitalisasi kawasan itu. Dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Puan Maharani meresmikannya akhir tahun 2021.

Setelah dibangun, kata Hasto, sekarang tidak ada lagi, ritual seks bebas itu, tiap malam ada petugas Satpol PP yang beroperasi. Sehingga kalau ada yang nekat melakukan bakal ditangkap.

"Sebenarnya munculnya (ritual seks bebas) itu karen ada miskomunikasi atau kesalahan menangkap pesan. Sebab, yang memberi pesan orang Jawa sementara yang menerima pesan orang Sunda," kata juru kunci.

"Yang memberi pesen bilang senenge koyo marani Demenan, itu maksudnya seneng banget. Atine seneng banget, koyo meh marani demenan. Tapi pesan itu ditangkap beda, kalau ziarah ke Pangeran Samodro nggowono atau bawalah demenan," katanya.

Ya, kini Gunung Kemukus, yang jaraknya sekitar 30 km dari Kota Solo sudah beda. Kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai tempat ritual sek bebas berjamaah itu kini menjadi destinasi wisata religi yang tenang. Selain itu, New Gunung Kemukus juga dibranding sebagai tempat wisata malam penuh lampu yang terang benderang.

Di kawasan itu dibangun anjungan yang cukup luas di pinggir kali yang sangat bagus dan menarik, disertai menara dan lampu-lampu. Pengunjung yang berwisata juga tidak perlu repot repot naik perahu/getek menyeberang kali menuju Gunung Kemukus karena sudah dibangun jembatan yang cukup panjang.

Bagi yang ingin berziarah, akses jalan yang mendaki menuju makam Pangeran Samudro di puncak Gunung Kemukus juga sudah diperbaiki. Di kompleks makam juga dibangun joglo sehingga tampak "berwibawa". Dibangun pula banyak pendopo, gazebo, atau selasar untuk istirahat para peziarah.

Menurut juru kunci, masih cukup banyak orang yang betziarah ke makam Pangeran Sumudro, terutama kalau hari pasaran malem Jumat Pon. Kalau hari biasa rata-rata 50 hingga 100 orang. Kalau hari pasaran bisa mencapai rIbuan. Para peziarah dari berbagai daerah.

"Ada yang datang ke sini benar benar ziarah untuk berdoa dan biasanya rombongan. Ada pula datang untuk nyenyuwun. Kita tidak melarang, itu keyakinan mereka masing-masing," kata Hasto.(*)

Editor : Langgeng Widodo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network